Budaya Barat No, Budaya Islam Yes !!
01.00 | Author: alinaksi ahmad


Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al Baqarah 120)

Perkembangan teknologi di era modern ini berlangsung dengan begitu pesat. Banyak perubahan yang terjadi dalam setiap sendi kehidupan yang menuntut manusia untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Menurut Sidek (2009), perubahan memiliki dua pengertian; perubahan ke arah kebaikan dan perubahan ke arah keburukan. Apabila perubahan menjadikan manusia menjadi insan yang unggul dalam ilmu, iman, dan akhlak berarti perubahan itu mengarah pada kebaikan. Akan tetapi, apabila perubahan itu hanya merupakan tuntutan dari nafsu yang mengarah pada sifat sombong, angkuh, dan tamak, maka perubahan itu jelas menuju pada keburukan.

Melihat fenomena yang terjadi saat ini, perubahan zaman membawa dampak yang yang sangat bervariasi pada masyarakat. Bukan hanya pada sekelompok usia ataupun golongan, tetapi hampir merata pada semua lapisan masyarakat. Salah satu contoh nyata saat ini adalah maraknya penyebaran budaya-budaya barat yang sebenarnya bukan merupakan bagian dari kehidupan kita. Memang harus kita akui kalau bangsa barat memang unggul di beberapa bidang seperti teknologi dan informasi, tetapi bukan berarti kita harus menyerap semua budaya yang berasal dari mereka. Kita harus pandai-pandai memilah-milah mana yang bisa kita serap dan mana yang harus benar-benar kita jauhi.

Sebelum kita menyerap budaya orang lain, marilah kita mencoba mengenal budaya kita sendiri yang sebenarnya sudah sangat maju sejak berabad-abad yang lalu, budaya luhur yang telah diajarkan sejak zaman Rasulullah SAW. Akan tetapi masalah yang ada saat ini adalah ketika budaya yang baik dianggap kuno dan seakan-akan ada stigma dari masyarakat yang mengatakan kalau kita tidak mengikuti trend masa kini (yang biasanya diidentikkan dengan budaya barat) maka kita akan dicap sebagai orang yang kampungan dan tidak gaul. Masyaallah.
Sebagai umat Islam seharusnya kita mengenal budaya kita sendiri dan melestarikan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi apa yang terjadi saat ini? Budaya Islam yang seharusnya dilestarikan justru malah terkikis oleh berbagai budaya barat yang kian meprihatinkan. Beberapa contoh tentang kelunturan budaya Islam oleh budaya barat adalah ketika kita ditanya kapan hari valentine dilaksanakan? Tentu akan banyak orang yang dengan bangga menjawab tanggal kapan perayaan ini banyak dirayakan orang, terlebih apabila pertanyaan ini diajukan pada generasi muda. Mereka seakan merasa sangat bangga ketika mereka bisa menyebutkan tanggal itu apalagi apabila mereka bisa berpartisipasi dalam kegiatan yang sama sekali bukan bagian dari budaya Islam, justru malah budaya yang menjauhkan kita dari agama Islam.

Contoh lain, ketika kita ditanya kapan hari natal dilaksanakan? Maka akan dengan cepat orang menjawab tanggal kapan dilaksanakan natal itu. Berbeda halnya ketika kita yang mengaku generasi muslim ini ditanya, kapan hari raya Idul Fitri dilaksanakan? Kapan terjadinya peristiwa nuzulul qur’an? Atau kapan Nabi Muhammad SAW dilahirkan? Mungkin akan lebih sedikit umat Islam yang mampu menjawab pertanyaan itu jika dibandingkan dengan jumlah penjawab pertanyaan mengenai hari valentine dan sebagainya.

Ada lagi sesuatu yang menunjukkan bahwa kita sebagai umat Islam ternyata masih lebih banyak menganut budaya barat dibanding budaya kita sendiri. Ketika ditanya, apa rencana akhir tahunmu nanti? Tentu banyak orang akan mampu menjawab pertanyaan itu dengan begitu runtut dan jelas bahwa besok ketika akhir tahun saya akan melakukan ini dan itu, saya akan berlibur kesana dan kesini. Berbeda halnya ketika kita ditanya, besok akhir tahun Hijriyah (akhir bulan Zulhijjah) kamu punya rencana apa? Mungkin masih banyak orang yang akan menjawab jika mereka tidak punya agenda apapun. Bahkan sekadar agenda untuk bermuhasabah, menghitung hitung diri tentang apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan.

Ada lagi contoh tentang pergeseran budaya Islam, terutama di kalangan anak-anak, yaitu ketika ditanya tentang siapa itu sinchan? Siapa itu naruto? Maka akan dengan cepat anak-anak menjawab dengan sangat jelas dan rinci kalau tokoh-tokoh itu merupakan idola mereka. Tetapi ketika ditanya siapa itu Hasan? Siapa itu Husain? Maka akan kebingungan mereka menjawabnya, padahal Hasan Husain merupakan keturunan Rasululah SAW yang lebih layak untuk kita ketahui dibandingkan tokoh-tokoh idola anak saat ini.

Dikala orang nasrani dengan bangga menenteng kitabnya menuju ke gereja, ternyata umat Islam masih malu untuk membawa kitab sucinya ke masjid. Seharusnya kita malu dengan budaya yang sebenarnya sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW pada kita, ternyata sekarang justru diterapkan oleh bangsa barat, dan ironisnya budaya yang sekarang sudah mulai bangsa barat tinggalkan, kita serap menjadi budaya yang kita lestarikan dalam keseharian kita.
Bangsa barat yang merupakan basis orang Yahudi dan Nasrani tentu memiliki misi khusus ketika menciptakan berbagai budaya yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Mereka ingin agar mereka bisa benar-benar masuk dalam kehidupan umat Islam. Mereka tidak akan pernah rela sampai umat Islam masuk dalam ajaran mereka. Bagi mereka, umat Islam yang merupakan jumlah terbesar penganut agama di dunia merupakan sasaran empuk bagi perluasan gerakan mereka. Bagi umat Islam yang masih hidup dalam keadaan perekonomian yang belum mapan, maka sembako dan semua kebutuhan hidup merupakan senjata utama untuk menarik umat Islam menjadi bagian dari mereka. Akan tetapi, untuk umat Islam yang sudah tercukupi kebutuhan ekonominya maka perubahan pola pikir dan budayalah senjatanya.

Kaum Yahudi dan Nasrani akan dengan gencar memasukkan muatan-muatan dari budaya mereka dalam kehidupan umat Islam. Mereka ingin umat Islam semakin jauh dari ajaran agama nabi Muhammad SAW, sehingga otomatis umat Islam akan jauh dari tuhannya. Ketika umat Islam jauh dari ajaran agamanya, maka berjayalah musuh-musuh Allah di muka bumi ini, na’udzubillah..

Ikhtitam

Dengan banyaknya contoh yang telah disebutkan di atas, seharusnya kita bisa lebih sadar bahwa kita sebagai umat Islam punya budaya, dan budaya itu harus kita lestarikan, bukan malah kita berpaling pada budaya barat yang sebenarnya dirancang oleh mereka untuk menghancurkan generasi Islam. Banyak hal yang bisa dilakukan, mulai dari menerapkan kebiasaan-kebiasaan dan akhlak Islam dari hal-hal yang kecil, diawali dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan kita. Semoga kita bisa lebih sadar, mawas diri, dan semakin lantang berkata

“Saya bangga sebagai seorang muslim..”
Wallahu a’lam bis shawab
Selengkapnya...

Kedudukan Wanita dalam Islam
00.46 | Author: alinaksi ahmad




Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun (QS, Al-Ahqaf 15)

Sebagai agama yang sempurna, Islam memberikan perhatian khusus terkait masalah orangtua. Orangtua memiliki kedudukan yang sangat penting, sehingga Allah SWT menyebutkan begitu banyak ayat dalam al Quran yang membahas tentang orangtua. Salah satu ayat adalah tentang perintah untuk selalu berbakti kepada orangtua, yaitu dalam Q.S. 17:23-24, yang artinya,
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah!" - Jangan pula engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku! Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku semenjak kecil."

Dalam membahas tentang peran orangtua, Islam memberikan “tempat khusus” bagi sosok wanita. Wanita dalam Islam memiliki keistimewaan tersendiri yang membuat dirinya begitu mulia. Apabila kita perhatikan, maka setidaknya akan ada 3 peran yang penting wanita dalam keluarga. Peran yang pertama adalah untuk suami, yang kedua untuk anak, dan yang ketiga adalah untuk lingkungan.

Peran wanita sebagai istri

Sosok ayah sebagai kepala rumah tangga dalam keluarga memiliki begitu banyak nilai strategis yang mampu menghantarkan keluarga menjadi sebuah keluarga yang luar biasa. Akan tetapi, kita tidak boleh lupa begitu saja bahwa dari “kehebatan” seorang ayah ternyata ada satu sosok bernama istri. Istri memberikan suatu dorongan tersendiri agar suaminya mampu menjalani hidup dengan lebih tenang dan nyaman. Dalam al Quran surat Ar-Rum: 21, Allah menjelaskan peran istri bagi suaminya, yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian.”

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan pengertian firman Allah:“mawaddah wa rahmah” bahwa mawaddah adalah rasa cinta, dan rahmah adalah rasa kasih sayang. Cinta dan kasih sayang itulah yang justru mampu mendorong suami untuk bisa menjadi seorang kepala keluarga yang baik. Sungguh, kita bisa melihat teladan yang baik dalam masalah ini dari Khadijah, isteri Rasulullah, yang telah memberikan andil besar dalam menenangkan rasa takut Rasulullah ketika beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama kalinya di goa Hira’. Nabi pulang ke rumah dengan gemetar dan hampir pingsan, lalu berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku khawatir dengan diriku.” Demi melihat Nabi yang demikian itu, Khadijah berkata kepada beliau, “Tenanglah. Sungguh, demi Allah, sekali-kali Dia tidak akan menghinakan dirimu. Engkau adalah orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim, senantiasa berkata jujur, tahan dengan penderitaan, mengerjakan apa yang belum pernah dilakukan orang lain, menolong yang lemah dan membela kebenaran.” (HR. Bukhari, Kitab Bad’ al-Wahyi no. 3, dan Muslim, Kitab al-Imanno. 160)

Peran wanita sebagai ibu

Peran wanita yang tidak akan mungkin tergantikan bagi siapapun adalah ketika ia menjadi sosok ibu. Sembilan bulan ibu mengandung anaknya dalam keadaan lemah dan tersiksa, namun ia menjalaninya dengan perasaan sabar dan ikhlas. Bagi ibu kesabarannya pada saat itu merupakan kasih sayang untuk anaknya, kegelisahannya pada saat itu semata-mata hanya mengkhawatirkan bayi yang dikandungnya, dan kepenatan ibu pada saat itu adalah demi kesehatan bayinya, serta tiada yang dilakukan ibu pada saat mengandung kecuali untuk memberikan yang terbaik bagi buah hatinya.

Perjuangan ibu dilanjutkan dengan waktu dimana kita dilahirkan ke dunia. Saat itu adalah saat yang sangat mendebarkan dan menegangkan bagi semua orang yang mengharapkan kehadiran kita, terutama ibu. ibu merasakan rasa sakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya dan perasaan khawatir yang sangat besar akan keselamatan kita, hingga seolah-olah terdapat dua pilihan yang nampak di depan matanya yaitu mati ataukah hidup. Dan aku yakin, engkau pasti mengetahui apa yang dipilih oleh ibumu, dengan menahan rasa sakit saat melahirkanmu, di dalam hati, ibumu seraya berdoa, “ Yaa Allah Rabku, permudahlah kelahiran anakku, apabila saat ini adalah kematianku maka matikanlah aku, namun biarkanlah anakku hidup sehingga dia dapat merasakan dunia serta isinya yang telah engkau ciptakan untuknya.”.

Ikhtitam

Semua yang telah disampaikan merupakan sebagian kecil gambaran begitu mulianya peran wanita dalam Islam. Untuk itu, tidak ada alasan bagi kita sebagai umat nabi Muhammad SAW untuk tidak menghargai wanita, termasuk bagi para wanita sendiri. Hargailah mereka dengan menjadikan mereka ibu terbaik yang selalu kita nantikan doa dan keihklasannya, sebagai istri yang selalu sabar berjuang bersama mengarungi lautan kehidupan, dan sebagai penghias terbaik di dunia ini dengan menjadi wanita sholehah untuk diri, untuk keluarga, untuk agama, dan semua untuk mengaharap ridho Allah SWT.

Wallahu a’lam bisshawab..
Selengkapnya...