Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan menjadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi
Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya
Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....
Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini
Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang dlo’if ini
----------------------------------------
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
----------------------------------------
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh
Amin... Ya Rabbal 'Alamin
Selengkapnya...
Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan 'Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Sayidatina Fathimah .ha. putri Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).
Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut".
Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebihsulit dari meniti sehelai rambut".
Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha ugama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
Selengkapnya...
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya.
"Ibu, mengapa Ibu menangis?".
Ibunya menjawab, "Sebab, aku wanita".
"Aku tak mengerti," kata si anak lagi.
Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.
"Nak, kamu memang tak akan mengerti...."
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya.
"Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang
jelas?
Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan."
Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap
bertanya-tanya,mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan "Ya Tuhan,
mengapa wanita mudah sekali menangis? Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,
"Saat Kuciptakan wanita, aku membuatnya menjadi sangat utama.
Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya,walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan
kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan pada wanita kekuatan untuk dapat melahirkan,
dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap
menerima cerca dari anaknya....
Kuberikan pada wanita keperkasaan, yang
akan membuatnya tetap bertahan,
pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Kuberikan pada wanita kesabaran, untuk merawat keluarganya,
walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah..
Kuberikan pada wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai
semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun.
Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang
terkantuk menahan lelap dan sentuhan kasih sayangnya akan memberikan kenyamanan saat
didekapdengan lembut olehnya.
Kuberikan pada wanita! kekuatan untuk membimbing
suaminya, melalui masa-masa sulit, dan m enjadi pelindung baginya.
Sebab, bukankah tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?
Kuberikan pada wanita kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa, suami yang baik adalah yang
tak pernah melukai istrinya.
Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan
menguji kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri,
sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi
Dan, akhirnya, kuberikan pada wanita airmata agar dapat mencurahkan
perasaannya.
Inilah yang khusus kuberikan kepadanya, agar dapat digunakan kapanpun ia
inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, airmata
ini adalah airmata kehidupan....
Selengkapnya...
Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku.
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; " anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. " Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.
Kemudian ibu berkata:"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan. Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah; "Allah, apa yang Engkau lakukan? " Ia menjawab: " Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?" Kemudian Allah menjawab," Anakku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini.
Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu."
"Ya Allah, Ajari Kami Ingat Kepada-Mu, Bersyukur & Khusyu' Beribadah"
Selengkapnya...
Siapakah orang yang sombong?
Orang yang sombong adalah orang yang di beri penghidupan tapi tidak mau sujud pada yang menjadikan kehidupan itu iaitu Allah Rabbul Alaamin, Tuhan sekelian alam. Maka bertasbihlah segala apa yang ada di bumi dan langit pada TuhanNya kecuali jin dan manusia yang sombong diri.
Siapakah orang yang telah mati hatinya?
Orang yang telah mati hatinya adalah orang yang diberi petunjuk melalui ayat-ayat Qur'an, Hadits dan cerita2 kebaikan namun merasa tidak ada apa2 kesan di dalam jiwa untuk bertaubat.
Siapakah orang dungu kepala otaknya?
Orang yang dunggu kepala otaknya adalah orang yang tidak mau lakukan ibadat tapi menyangka bahwa Tuhan tidak akan menyiksanya dengan kelalaiannya itu dan sering merasa tenang dengan kemaksiatannya.
Siapakah orang yang kuat?
Orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan kemarahannya ketika ia di dalam kemarahan.
Siapakah orang yang lemah?
Orang yang lemah adalah orang yang melihat akan kemaksiatan di depan matanya tidak sedikit pun ada kebencian di dalam hatinya akan kemungkaran itu.
Siapakah orang yang bakhil?
Orang yang bakhil lagi kedekut adalah orang yang berat lidahnya untuk membaca shalawat keatas junjungan Rasulullah s.a.w.
Siapakah orang yang buta?
Orang yang buta adalah orang yang tidak mau membaca dan meneliti akan kebesaran Al Qur'an dan tidak mau mengambil pelajaran daripadanya.
Siapakah orang yang tuli?
Orang yang tuli adalah orang yang di beri nasihat dan pengajaran yang baik namun tidak diindahkannya.
Siapakah orang yang sibuk?
Orang yang sibuk adalah orang yang tidak mengambil berat akan waktu sholatnya seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman a.s.
Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang di timpa musibah lalu dia kata "Inna lillahi wainna illaihi rajiuun." Lalu sambil berkata,"Ya Rabbi Aku ridho dengan ketentuanMu ini", sambil mengukir senyuman.
Siapakah orang yang menangis airmata mutiara?
Orang yang menangis airmata mutiara adalah orang-orang yang sedang bersendiri lalu mengingat akan kebesaran Tuhan dan menyesal akan dosa-dosanya lalu mengalir airmatanya.
Siapakah orang yang kaya?
Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak loba akan kenikmatan dunia yang sementara ini.
Siapakah orang yang miskin?
Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan nikmat yang ada sentiasa menumpuk-numpukkan harta.
Siapakah orang yang pandai?
Orang yang pandai adalah orang yang bersiap siap untuk hari kematiannya karena dunia ini berusia pendek sedang akhirat kekal abadi
Siapakah orang yang bodoh?
Orang yang bodoh adalah orang yang beriya-iya berusaha sekuat tenaga untuk dunianya sedangkan akhiratnya diabaikan.
Siapakah orang yang maju dalam hidupnya?
Orang yang maju dalam hidupnya adalah orang-orang yang senantiasa mempertingkat ilmu agamanya.
Siapakah orang-orang yang mundur hidupnya?
Orang yang mundur dalam hidupnya adalah orang yang tidak memperdulikan akan halal dan haramnya akan sesuatu perkara itu.
Siapakah orang yang gila itu?
Orang yang gila itu adalah orang yang tidak sembahyang karena hanya dua syarat saja yang memperbolehkan akan seorang itu meninggalkan sembahyang, pertama sekiranya ia haid dan kedua ketika ia tidak siuman akalnya.
Siapakah orang yang rugi?
Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikkan.
Siapakah orang yang selalu ditipu?
Orang yang selalu di tipu adalah orang muda yang menyangka bahwa kematian itu berlaku hanya pada orang tua.
Siapakah orang yang paling cantik?
Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas?
Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati membawa amal amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan saujana mata memandang.
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit?
Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikkan lalu kuburnya menghimpitnya.
Siapakah orang yang mempunyai akal?
Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak karena telah mengunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa neraka.
Ijma’ menurut bahasa artinya sepakat, setuju atau sependapat. Sedangkan menurut istilah “Kebulatan pendapat semua ahli ijtihad Umat Nabi Muhammad, sesudah wafatnya pada suatu masa, tentang suatu perkara (hukum) . Pada masa Rasulullah masih hidup, tidak pernah dikatakan ijma’ dalam menetapkan suatu hukum, kerena segala persoalan dikembalikan kepada beliu, apabila ada hal-hal yang belum jelas atau belum diketahui hukumnya.
Ijma’ itu dapat terwujud apabila ada unsur di bawah ini.
1. Ada sejumlah mujtahid ketika terjadi suatu kejadian.
2. Kesepakatan atas hukum syara’ mengenai suatu peristiwa pada saat terjadi oleh seluruh mujtahid muslim tanpa melihat asal Negara, kebangsaaan atau kelompoknya. Bila ada kesepakatan atas hukum syara’ mengenai suatu peristiwa oleh hanya mujtahid haramain, Iraq, hijaz, keluarga nabi, atau mujtahid ahli sunah, maka kesepakatan masing-masing Negara, kelompok, atau golongan tersebut tidak syah kecuali dengan kesepakatan umum dari semua mujtahid dunia Islam pada masa terjadinya peristiwa itu
3. Kesepakatan semua mujtahid itu dapat diwujudakan dalam suatu hukum, tidak dapat dianggap ijma’ kalau hanya berdasarkan pendapat mayoritas, jika mayoritas setuju, sedangkan minoritas tidak setuju. Berarti tetap ada perbedaan pendapat.
4. Kesepakatan para mujtahid itu terjadi setelah ada tukar menukar pendapat lebih dahulu, sehinga diyakini betul putusan yang akan ditetapkan.
Kritik Ijma’
• Memandang rukun-rukun dan syarat di atas, sekelompok ulama’ dan sebagian syi’ah berkata: ijma’ dengan unsur2 di atas menurut adat tidak mungkin untuk diadakan, karena sulit untuk memenuhi semua unsur-unsurnya. Hal itu karena tidak ada ukuran pasti, seseorang sudah mencapai tingkat ijtihad atau belum. Juga tidak ada Patokan hukum seseorang termasuk mujtahid atau bukan .
• Apabila mungkin masing-masing mujtahid di dunia Islam pada saat terjadinya suatu peristiwa itu diketahui, maka mengetahui pendapat mereka secara keseluruhan dalam peristiwa itu dengan cara yang meyakinkan atau mendekati yakin adalah sulit. Karena mereka tersebar di berbagai benua, di negara yang saling berjauhan, berbeda kebangsaan dan ras, maka tidak mudah mengumpulkan mereka dan mengambil pendapat mereka secara kolektif dan tidak mudah mengambil pendapat masing-masing dari mereka dengan metode yang valid.
• Apabila mungkin masing-masing mujtahid diketahui, dan mungkin pula mengetahui pendapat mereka secara keseluruhan dengan metode valid, apa yang menjadi jaminan bahwa mujtahid yang telah mengemukakan pendapatnya tentang peristiwa itu akan tetap pada pendirianya sampai pendapat yang lain disampaikan semua? Apa yang menjadi halangan baginya untuk ragu-ragu sehingga dia menarik pendapatnya sebelum pendapat yang lain disampaikan? padahal syarat keabsahan ijma’ adalah keputusan sepakat dari mujtahid seluruhnya dalam satu waktu, satu hukum terhadap satu peritiwa.
• Diantara alasan yang memperkuat bahwa ijma’ tidak mungkin diadakan adalah bila ijma’ itu diadakan maka harus disandarkan kepada dalil, karena seorang mujtahid harus menyandarkan ijtihadnya kepada dalil. Jika dalil yang dipakai sandaran itu pasti, menurut kebiasaan pasti diketahui, karena bagi umat Islam tidak sulit mengetahui dalil syara’ yang pasti sehingga mereka butuh untuk merujuk para mujtahid dan kesepakatan mereka. Dan jika dalil itu dugaan, menurut kebiasaan, tidak mungkin akan terwujud suatu kesepakatan, karena dalil dugaaan pasti akan menimbulkan banyak pertentangan.
• و نقل ابن حزم فى كتابه 0(الأحكام) عن عبد الله بن احمد بن حنبل قوله : سمعت أبى يقول : (( و ما يدعى فيه الرجل الإجماع هو الكذب ، من ادعى الإجماع فهو كذاب . لعل الناس قد اختلفوا – ما يدريه – و لم ينته اليه . فليقول : لا نعلم الناس اختلفوا ))
Ibn Hazm dalam kitabnya al-Ahkam meriwayat kan pendapat Abdullah bin Ahmad bin Hambal, saya mendengar ayah berkata : “ Apa yang diakui seseorang sebagai ijma’ adalah bohong dan siapa yang menga kui adanya ijma’ dia adalah pembohong, yang dia tahu barangkali orang2 telah berbeda pendapat, sedangkan perbedaan pendapat itu belum berakhir, maka sebaiknya katakanlah: Kami tidak tahu bahwa orang-orang tekah berselisih pendapat”. Abdul Wahab Khalaf berpendapat bahwa ijma’, dengan dfinisi dan unsur-unsur seperti yang telah dijelaskan di atas, menurut kebiasaan tidak mungkin diadakan bila diserahkan kepada masing-masing umat Islam dan kelompoknya.
Prof. Muhammad Abu Zahrah dalam karyanya “ushul fiqh” menjelaskan bahwa Ijma’ yang dapat diajukan sebagai argumentasi adalah ijma’ para sahabat karena pada waktu itu mereka masih berdomisili dalam suatu jazirah dan belum terpencar di berbagai Negara, sehingga memungkinkan adanya ijma’.
Meskipun dalam beberapa kesempatan, Imam Syafi’i mengatakan bahwa ia tidak menolak ijma’ namun ia juga melontarkan kritikan kritikan terhadap ijma’ :
1. Para fuqoha’ berdomisili di berbagai tempat yang saling berjauhan, sehingga mereka tidak mungkin dapat bertemu.
2. Terjadinya perbedaan pendapat di antara fuqoha’ yang tersebar di berbagai daerah di seluruh Negara-negara Islam.
3. Tidak adanya kesepakatan para ulama’ tentang orang-orang yang diterima ijma’nya.
4. Tidak adanya kesepakatan para ulama’ tentang criteria ulama’ yang berhak untuk berpendapat dalam masalah-masalah fikih.
Menurut Syafi’i, masalah-masalah yang belum terselesaikan, dimana terdapat perbedaan pendapat haruslah diacukan kembali kepada qiyas, menurutnya, proses qiyas ijma’ haruslah terus berjalan, namun qiyas lebih didahulukan dari pada ijma’ .
Menurut para pengikut madzhab dzahiri dan Ahmad bin Hambal. Ijma’ adalah consensus para shabat saja. Malik hanya mengabsahkan praktek orang-orang medinah dan orang-orang Syi’ah hanya mengajui kesepakatan para anggota keluar ga Rasulullah. Perbedaan pendapat mengenai sifat ijma’ ini sendiri menunjukkan bahwa ijma’ tidaklah “total” sebagaimana ditunjukkan oleh definisi ijma’ klasik. Ignaz Goldziher (orientalis) menyatakan bahwa ruanglingkup ijma’ adalah luas dan tak dapat didefinisikan dan dibatasi secara ketat. Para ahli hukum telah banyak memberikan definisi mengenai ijma’, akan tetapi ijma’ total, khususnya dalam isu-isu dogmatis, sangat sulit dicapai, tanpa menimbulkan perbedaan pendapat, karena mengenai persoalan tertentu, apa yang dijadikan pegangan oleh satu kelompok tidaklah dijadikan pegangan oleh satu kelompok tidaklah dijadikan pegangan oleh kelompok lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. Ali. Perbandingan Mazhab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007.
Rifa’i, Drs. Moh.. Usul Fiqih. Bandung: PT. Alma’arif. 1973.
Syafi’i, Prof. Dr. Rachmat. MA. Ilmu Usul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia. 2007.
Hasan, Ahmad. Pintu Ijtihad sebelum Tertutup. Bandung: Penerbit Pustaka. 1984.
Zahrah , Prof. Muhammad Abu, Ushul Fiqih, Terj: Saefullah Ma’sum. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2007.
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan ummatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia (Shaleh, 1997: 11). Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu disajikan sebagai pedoman hidup dan di laksanakan dengan sungguh-sungguh oleh umat manusia. Islam adalah agama yang mengajarkan kebenaran-kebenaran universal dan kekal, namun dalam pelaksanaannya memiliki kapasitas untuk menampung segala kebinekaan, yang merupakan ciri khas kehidupan umat manusia. Agama Islam adalah agama yang memiliki kemampuan untuk mengembang sejajar dengan kemajuan-kemajuan lajunya peradaban dengan tidak meninggalkan esensinya (Triatmo, dkk, 2001: 72). Sehingga dengan sendirinya umat Islam beserta Islamnya bisa melibatkan diri pada masalah- masalah dasar yang dihadapi umat manusia seperti kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan. Agama Islam adalah agama yang amaliah, agama yang dinamis, agama yang menuntut para pemeluknya untuk berorientasi kepada kebajikan (Tasmara, 1997: 34).
Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang bersifat conditio sine quanon, tak mungkin dihindarkan dari kehidupannya (Tasmara, 1997: 32). Dakwah merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim, bahkan agama Islam sebagai sebuah ajaran tidaklah berarti manakala tidak dimanifestasikan dalam perbuatan sehari-hari dan di amalkan.Karena Islam tidak semata-mata membicarakan dari satu sisi kehidupan manusia (hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi Islam juga menyoroti persoalan hidup manusia secara total dalam kesehariannya. Memanifestasikan agama bisa di lakukan dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi bagaimanapun, seorang muslim harus menyatakan ke-Islamannya. Artinya untuk merealisasikan ajaran Islam ditengah-tengah kehidupan umat manusia merupakan usaha dakwah yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam teknologi informasi, maka salah satu tantangan para da’i adalah berdakwah melalui multi media. Salah satu media yang sangat cepat perkembangannya dan mendunia adalah internet. Kemajuan teknologi informasi berupa internet sangat patut menjadi perhatian umat Islam saat. Internet telah menjadi sebuah perpustakaan raksasa yang di dalamnya terdapat jutaan artikel, buku, jurnal, kliping berita, foto dan lain-lain dalam bentuk media elektronik. Orang bisa berkunjung ke perpustakaan tersebut kapan saja dan dari mana saja. Bagi yang suka berbelanja, internet merupakan sebuah shopping centre terbesar di dunia. Dengan panduan mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses yang mudah atas bermacam informasi.
Dengan realitas tersebut, internet sebenarnya memberikan peluang sangat baik kepada pendakwah untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar. Sayangnya, karena berbagai sebab, internet belum tergarap secara maksimal sebagai alat dakwah. Para pendakwah dan cendekiawan muslim belum maksimal memanfaatkan teknologi ini untuk kepentingan dakwah. Agaknya, sosialisasi internet di kalangan ulama dan pemikir Islam perlu mendapatkan prioritas dalam menggalakkan dakwah Islam. berdasarkan hal itu maka, pembahasan makalah ini akan dititikberatkan kepada media yang internet.
Internet Sebagai Media Dakwah
Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa), dakwah berasal dari bahasa Arab, yang berarti “ panggilan, ajakan atau seruan”. Dakwah adalah bentuk kata dasar (masdar) dari kata kerja دعا (da’a) يدعو (yad’u) دعوة (da’wah) yang berarti panggilan, seruan atau ajakan (Munawir, 1984 : 184). Da'wah berarti mengajak atau mendorong kesuatu tujuan (Umary, 1969: 52). Sedangkan orang yang melakukan seruan, ajakan tersebut dikenal dengan panggilan da’i: orang yang menyeru. Tetapi mengingat bahwa proses memanggil atau menyeru tersebut merupakan suatu penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah muballigh yaitu orang yang berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaiakan pesan (message) kepada pihak komunikan (Tasmara, 1997: 31).
Menurut M. Aminuddin Sanwar (1985: 40), unsur-unsur pokok yang harus ada dalam setiap kegiatan da’wah paling tidak terdapat 3 (tiga) unsur penentu sehingga proses da’wah itu dapat berlangsung, yaitu: Da’i (subyek da’wah), Mad’u (obyek da’wah) dan Maadatu Ad-Da’wah (materi da’wah). Sedangkan unsur-unsur lain yang juga dapat mempengaruhi proses da’wah antara lain seperti: Wasaailu as-Da’wah (media da’wah), Kaifiyatu Ad-Da’wah atau thoriqotu Ad-Da’wah (metode da’wah).
Yang dimaksud dengan media dakwah ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah. Diantaranya yaitu (Ya’qub, 1992: 47-48):
1. Lisan: termasuk dalam bentuk khutbah, pidato, ceramah, musyawarah.
2. Tulisan : da’wah yang dilakukan dengan perantara tulisan seperti buku-buku, majalah, surat kabar, pamlet, atau spanduk.
3. Lukisan: yakni gambar-gambar hasil seni lukis, foto.
4. Audio Visual: yaitu suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran.
5. Akhlak: yakni suatu penyampaian langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.
Merujuk pada pendapat Ya’kub (1992) di atas, maka sebenarnya internet justru dapat menjadi suatu media dakwah yang dapat mengakomodir beberapa media dakwah lainnya. Internet dapat menagkomodir dakwah melalui lisan, tulisan, lukisan dan audio visual, hal ini sangat mungkin karena memang internet memiliki fasilitas-fasilitas untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Setidaknya terdapat tiga motode dakwah melalui internet yaitu :
1. Dengan menggunakan fasilitas website seperti yang telah dilakukan oleh banyak organisasi Islam maupun tokoh-tokoh ulama. Berdakwah dengan menggunakan fasilitas ini dianggap lebih fleksibel dan luas jika dibandingkan dengan dua fasilitas berikutnya.
2. Menggunakan fasilitas mailing list dengan mengajak diskusi keagamaan atau mengirim pesan-pesan moral kepada seluruh anggotanya.
3. Menggunakan fasilitas chatting ynag memungkinkan untuk berinteraksi secara langsung. Sebenarnya jika dibandingkan dengan dua fasilitas yang telah disebutkan di atas, fasilitas chatting lingkupnya lebih sempit sebab kegiatan dakwah melalui fasilitas ini hanya berlangsung pada saat pelaku dakwah sedang on line di internet saja.
Pada hakikatnya metode dan sarana atau media untuk berdakwah itu sangat banyak dan luas, atau bahkan mungkin tidak akan ada batasnya. Sebab semua yang bisa dikerjakan oleh manusia dan apa yang ada dimuka bumi ini selagi tidak berbenturan dengan syariat Islam maka hal itu boleh dijadikan sebagai metode dan sarana untuk berdakwah.
Namun, ketentuan di atas apabila dakwah itu sendiri tidak diartikan dengan makna yang sempit, seperti yang telah diyakini oleh sebagian kalangan muslim. Dakwah tidak harus dilakukan harus secara formalitas. Dunia kesenian, kebudayaan, pariwisata, entertainmen dengan segala pernak-perniknya, termasuk sarana untuk berdakwah, menurut pemahan dakwah dalam makna yang luas sebagaimana dalam arti terminologi diatas. Hadirnya akses internet mrupakan media yang tak bisa dihindari, karena telah menjadi suatu peradaban baru dalam dunia informasi dan komunikasi tingkat global. Dengan adanya akses internet, maka sangat banyak informasi yang dapat dan layak diakses oleh masyarakat internasional, baik untuk kepentingan pribadi, pendidikan, bisnis, dan lain-lain. Dimana munculnya jaringan internet dianggap sebagai sebuah revolusi dalam dunia komunikasi dan informasi.
Pada saat pertama kali internet diperkenalkan oleh para ilmuan barat, hampir dari kebanyakan tokoh Islam memandangnya dengan mata curiga dan khawatir akan efek dari temuan teknologi mutahir tersebut.
Mewabahnya racun dunia di tengah-tengah masyarakat muslim, seperti krisis kebudayaan, dekadensi moral, ketidak pedulian terhadap norma-norma agama, dan kriminalitas adalah faktor yang terjadi alasan utama sikap curiga mereka.
Setelah beberapa lama kemudian sikap curiga dan khawatir mereka menjadi sima dengan sendirinya, tatkala teknologi internet ternyata juga menyediakan porsi yang cukup bagi aktifitas keagamaan tak terkecuali agama Islam. Pemikir Islam asal Syiria Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi berkata: ''Ternyata jaringan internet yang hampir menelan seluruh penjuru dunia adalah merupakan lahan luas yang di situ bertebaran podium-podium yang menyuarakan kepentingan islam, dengan memperkenalkan, mengajak (dakwah), membela, dan memecahkan berbagai problemanya.'' (http://peperonity.com/go/sites/mview/al-furqon).
Dakwah Melalui Internet: Antara Peluang dan Tantangan
A. Dakwah Melalui Internet Sebagai Peluang
Dakwah melalui jaringan internet dinilai sangat efektif dan potensial dengan beberapa alasan, diantaranya mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan enerji yang relatif terjangkau. Pengguna jasa internet setiap tahunya meningkat drastis, ini berarti berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah. Para pakar dan ulama yang berada di balik media dakwah via internet bisa lebih konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan peristiwa yang menuntut satus hukum syar'i. Perlu diingatkan pula bahwa keefektifan setiap media dakwah juga sangat tergantung pada kecakapan dan keikhlasan dalam berdakwah.
Dakwah melalui jaringan internet dinilai sangat efektif dan potensial dengan berbagai alasan, diantaranya:
1. Mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan biaya dan energi yang relatif terjangkau,
2. Pengguna jasa internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah.
3. Para pakar dan ulama yang berada dibalik media dakwah via internet bisa lebih konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan peristiwa yang menuntut status hukum syar’i,
4. Dakwah melalui internet telah menjadi salah satu pilihan masyarakat. Berbagai situs mereka bebas memilih materi dakwah yang mereka sukai, dengan demikian pemaksaaan kehendak bisa dihindari,
5. Cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiyah via internet bisa menjangkau segmen yang luas.
Dibandingkan media dakwah yang lain, Internet memiliki tiga keunggulan (http://www.uinsuska.info/lemlit/):
1. Karena sifatnya yang never turn-off (tidak pernah dimatikan) dan unlimited access (dapat diakses tanpa batas). Internet memberi keleluasaan kepada penggunanya untuk mengakses dalam kondisi dan situasi apapun.
2. Internet merupakan tempat yang tepat bagi mereka yang ingin berdiskusi tentang pengalaman spiritual yang mungkin tidak rasional dan bila dibawa pada forum yang biasa akan mengurangi keterbukaannya. Para saintis biasanya merasa terbatasi oleh koridor ilmiah untuk mengekspresikan suatu pikiran atau pengalaman. Internet menyediakan ruang yang mengakomodasi keinginan mereka untuk merasa bebas membicarakan sesuatu yang di luar kelaziman ilmiah.
3. Sebagian orang yang memiliki keterbatasan dalam komunikasi sering kali mendapat kesulitan guna mengatasi dahaga spiritual mereka. Padahal mereka ingin sekali berdiskusi dan mendapat bimbingan dari para ulama. Sementara itu ada sebagian orang yang ingin bertanya atau siap berdebat dengan para ulama untuk mencari kebenaran namun kondisi sering tidak memungkinkan. Internet hadir sebagai kawan (atau lawan) diskusi sekaligus pembimbing setia. Para ulama seharusnya dapat menggunakan internet sebagai media efektif untuk mencapai tujuan dakwahnya.
B. Dakwah Melalui Internet Sebagai Tantangan
Tidak dapat dipungkiri selain memiliki beberapa kelabihan internet juga juga mempunyai beberapa kelemahan dalam perannya sebagai media dakwah kontemporer, diantaranya sebagai berikut;
1. Tidak adanya keteladanan dari para da’i kepada masyarakat yang di dakwahinya. Dalam proses penyampaian materi dakwah, hal yang diperlukan bukan hanya isi dari materi semata, akan tetapi figur dari pendakwah (da’i) juga sangat berperan. Dalam dakwah menggunakan media teknologi (internet) proses interaksi antara pendakwa (da’i) dengan objek dakwah (mad’u) sangatlah minim, bahkan nyaris tidak ada, kalaupun ada hanya sebatas komunikasi melalui tulisan atau hanya melalui suara saja (voice chatting)
2. Minimnya jumlah para da’i yang mengusai teknologi. Berdakwah melalui media teknologi menuntut pendakwah (da’i) untuk bisa menguasai alat teknologi yang bisa mendukung kelancaran dakwah. Beberapa yang sangat penting adalah komputer dan internet. Yang menjadi permasalahan adalah kuantitas dari da’i yang menguasai teknologi informasi masih sangat minim. Sebagaimana budaya yang ada di Indonesia, pendidikan untuk para da’i dalam hal ini adalah basis pesantren masih relatif terbelakang dibandingkan dengan institusi atau lembaga lain, terutam,a untuk pondok-pondok salaf. Hal ini tentu akan cukup menyulitkan apabila proses dakwah harus dilakukan dengan media teknologi.
3. Biaya yang cukup mahal. Untuk dakwah dengan teknologi, pendakwah harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mempersiapkan piranti yang dibutuhkan. Tak terkecuali internet, ketika akan menggunakan internet, pendakwah harus memiliki seperangkat komputer lengkap dengan jaringan internetnya, atau apabila tidak memiliki maka harus pergi ke warung internet (warnet) yang tentunya membutuhkan biaya dan tentu proses dakwah juga tidak akan mungkin bisa berlangsung dengan efektif.
4. Globalisasi budaya bebas. Globalisasi yang terjadi saat ini menjadikan segala sesuatu seakan tidak memiliki batas dan aturan. Terkait dengan internet, pornografi yang semakin merajalela dan segala iming-iming kehidupan modern yang semakin bebas tanpa batas juga menjadi salah satu penghambat yang cukup berat dalam proses dakwah dengan internet.
epilog
Internet pada dasarnya dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk dakwah karena pada hakikatnya metode dan sarana atau media untuk berdakwah itu sangat banyak dan luas, atau bahkan mungkin tidak akan ada batasnya. Namun disamping memiliki beberapa keunggulan media dakwah internet juga memiliki beberapa kelemahan.
Sebagai rekomendasi Perlu diingat bahwa keefektifan media ini juga sangat tergantung pada umat Islam itu sendiri. Artinya kecakapan dan keikhlasan mereka dalam berdakwah via internet, serta kesungguhan mereka dalam meredam segala bentuk perpecahan dan perselisihan intern dalam umat Islam sangat berpengaruh dalam sukses tidaknya misi suci ini.
Daftar Pustaka
http://www.uinsuska.info/lemlit
http://peperonity.com/go/sites/mview/al-furqon
Munawir, Ahmad Warson, 1984, Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak
Sanwar, M. Aminuddin, 1985, Pengantar Studi Ilmu Da’wah, Semarang: Fakultas da’wah IAIN Walisongo.
Shaleh, A. Rosyid, 1997, Manajemen Da’wah Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Tasmara, Toto, 1997, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Bayu Media Pratama.
Umary, Barmawie, 1969, Azas-azas Ilmu Dakwah, TK, Ramadhani.
Ya’qub, Hamzah, 1992, Publisistik Islam, Bandung: CV. Diponegoro.
Kepemimpinan merupakan sebuah sebuah topik yang sangat menarik untuk dikaji dan diteliti, hal ini disebabkan kepemimpinan merupakan hal yang banyak diamati sekaligus fenomena yang sedikit dipahami oleh orang-orang. Satu contoh adalah kepemimpinan di negara Indonesia yang begitu ramai dikaji dan diteliti oleh banyak orang. Hal ini membuktikan bagaimana kepemimpinan berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan manusia, tak terkecuali bidang politik dan bernegara. Dalam dunia bisnis, kepemimpinan berpengaruh sangat kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidupnya. Bahkan di semua lini kehidupan masyarakat, kepemimpinan memiliki arti dan peranan yang sangat penting.
Pada era globalisasi dan pasar bebas hanya perusahaan yang mampu melakukan perbaikan terus-menerus (continuous improvement) dalam pembentukan keunggulan kompetitif yang mampu untuk berkembang. Organisasi sekarang harus dilandasi oleh keluwesan, team kerja yang baik, kepercayaan, dan penyebaran informasi yang memadai. Sebaliknya, organisasi yang merasa puas dengan dirinya akan tenggelam dan selanjutnya tinggal menunggu saat-saat kematiannya. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu mennyikapi perkembangan zaman ini. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.Pengertian dan Definisi Kepemimpinan
Banyak pakar yang membicarakan tentang pengertian dari kepemimpinan, salah satunya adalah Locke (1997) yang melukiskan kepemimpinan sebagai suatu proses membujuk (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama. Definisi tersebut mencakup tiga elemen berikut:
1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berkorelasi dengan para pengikut mereka.
2. Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner (1986-1988) kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3. Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pengertian pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan bawahan adalah pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi dari bawahan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan bahwa mereka mempunyai andil dalam mengimplementasikannya.
Kepemimpinan Transformasional
Ada beberapa teori yang membicarakan tentang kepemimpinan, mulai dari Teori Situasi, Teori Sarana-Tujuan, Teori 3 Dimensi dan tentunya teori transformasional. Teori ini merupakan pendekatan terakhir yang hangat dibicarakan selama dua dekade terakhir ini. Gagasan awal mengenai model kepemimpinan transformasional dikembangkan oleh James McGregor Burns yang menerapkannya dalam konteks politik dan selanjutnya ke dalam konteks organisasional oleh Bernard Bass (Eisenbach, 1999 seperti dikutip oleh Tjiptono dan Syakhroza, 1999).
Dalam upaya pengenalan lebih dalam tentang konsep kepemimpinan transformasional ini, Bass mengemukakan adanya kepemimpinan transaksional yaitu kepemimpinan yang memelihara atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan jenis ini didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran (exchange process) di mana para pengikut mendapat imbalan yang segera dan nyata untuk melakukan perintah-perintah pemimpin.
Sementara itu kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang dipertentangkan dengan kepemimpinan yang memelihara status quo. Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru (Locke, 1997).
Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi (dipertentangkan dengan kepemimpinan yang dirancang untuk memelihara status quo). Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu (Bass, 1985; Burns, 1978; Tichy dan Devanna, 1986, seperti dikutip oleh Locke, 1997).
Bass (1990) dalam Hartanto (1991) beranggapan bahwa unjuk kerja kepemimpinan yang lebih baik terjadi bila para pemimpin dapat menjalankan salah satu atau kombinasi dari empat cara ini, yaitu (1) memberi wawasan serta kesadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada para bawahannya (Idealized Influence-Charisma), (2) menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana (Inspirational Motivation), (3) meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama (Intellectual Stimulation), dan (4) memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan pribadi (Individualized Consideration). Pemimpin yang seperti ini akan dianggap oleh rekan-rekan atau bawahan mereka sebagai pemimpin yang efektif dan memuaskan.
Tjiptono dan Syakhroza (1999) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional bisa berhasil mengubah status quo dalam organisasinya dengan cara mempraktikkan perilaku yang sesuai pada setiap tahapan proses transformasi. Apabila cara-cara lama dinilai sudah tidak lagi sesuai, maka sang pemimpin akan menyusun visi baru mengenai masa depan dengan fokus strategik dan motivasional. Visi tersebut menyatakan dengan tegas tujuan organisasi dan sekaligus berfungsi sebagai sumber inspirasi dan komitmen.
Suatu contoh kepemimpinan transformational yang baik adalah ketika Bossidy, yang dulunya adalah seorang CEO Alliedsignal, suatu raksasa penyalur industri, permobilan dan produk kimia, membangun dan memimpin suatu organisasi kompetitif mampu meraih kesuksesan dalam jangka panjang ( Tichy Dan Charam, 1996). Pengalamannya mengungkapkan bahwa peranan baru dari seorang pemimpin bukanlah untuk memastikan kendali pada semua bawahannya, tetapi lebih untuk melatih bawahannya kepada proses perubahan. Tindakan yang pertama yang ia lakukan adalah untuk mempersatukan bawahan dan karyawannya dengan visi yang menjadi tujuan utama dari organisasi. Akan tetapi, pemimpin transformasional terkadang juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah karakter pribadinya. Mereka dikemudikan oleh ambisi dan egoisme tinggi ( Champy dan Nohria, 1996). Argumentasi ini juga mengungkapkan fakta bahwa tidak ada teori kepemimpinan tunggal yang dapat menjelaskan kenyataan dari tiap pemimpin sukses.
Extra effort
Kepemimpinan yang menggunakan pendekatan transaksional sangat efektif diterapkan pada berbagai perusahaan, terutama perusahaan yang di dalamnya terdapat banyak pekerja yang berpendidikan tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Heater dan Bass (1998) yang mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional lebih menarik bagi karyawan yang berpendidikan tinggi karena karyawan yang berpendidikan tinggi mendambakan tantangan kerja yang dapat menambah profesionalis dan pengembangan diri. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Keller (1992) bahwa mereka yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi mempunyai minat mendalam dalam menghadapi tantangan kerja dan bawahan yang mempunyai pendidikan tinggi dapat mendukung memberi respon terhadap kepemimpinan transformasional. Respon positif tersebut dapat mempengaruhi tingkat motivasi bawahan sehingga bawahan juga akan meningkatkan upayanya atau melakukan extra effort untuk mendapatkan hasil kerja lebih tinggi dari yang diharapkan. Sedangkan bass (1985) mengatakan, kepemimpinan transformasional lebih memungkinkan muncul dalam organisasi yang memiliki kehangatandan kepercayaan yang tinggi juga berpendidikan tinggi, diharapkan dengan pendidikan tinggi dapat menjadi orang yang kreatif.
Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan simulasi permainan manajemen yang dilakukan oleh Avolio, Bruce, Waldam, David, Einstein dan Walter (1998) bahwa kepemimpinan transaksional aktif dan transformasional berkorelasi dengan efektifitas organisasi dalam tingkat lebih tinggi sehingga menyebabkan kinerja tim lebih tinggi. Bukti penelitian tersebut sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Bass (1985), pada intinya konsep kepemimpinan transaksional menggambarkan pimpinan yang mengenali kebutuhan bawahannya untuk tingkat kinerja yang diharapkan dari bawahannya. Selanjutnya dikatakan. Bahwa konsep kepemimpinan transformasional menggambarkan pemimpin yang tidak meningkatkan kesadaran bawahan untuk memperluas dan meningkatkan kebutuhan dan mendorong bawahan mentransendensikan minat pribadi ketujuan lebih luas. Perluasan nilai-nilai kerja ini dianggap akan meningkatkan kinerja dan upaya bawahan.
Kelebihan dan Kelemahan kepemimpinan Transformasional
Teori kepemimpinan transformasional sangat efektif dalam mengembangkan kinerja karyawan ataupun anggota dalam suatu organisasi. Kepemimpinan transformasional sering juga diidentikkan dengan kepemimpinan karismatik yang mana selalu memperhatikan hubungan yang baik antara atasan dan bawahan dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan. Teori kepemimpinan ini selalu mengutamakan visi untuk mengembangkan kemampuan bawahan ataupun anggota suatu organisasi (Latemore, 1998). Model kepemimpinan ini juga sangat berbeda dengan model kepemimpinan transaksional yang hanya memonitor orang pekerja apabila mereka melakukan kesalahan ataupun ketidakberesan dalam hal tertentu (Nahavandi, 2003 dan Sarros, 1999).
Dalam Jurnal mengenai persepsi mengenai gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional dan pengaruhnya terhadap upaya ekstra (extra effort) pegawai dinas kesehatan kota (dkk) semarang, salatiga dan kabupaten semarang di Ungaran, Burns (1978) menyatakan bahwa pada kepemimpinan transaksional, hubungan antara pemimpin dengan bawahan didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya. Karakteristik kepemimpinan transaksional adalah contingent reward dan management by-exception. Pada contingent reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun pujian untuk bawahan terhadap upaya-upayanya. Selain itu, pemimpin betransaksi dengan bawahan, dengan memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda keputusan atau menghindari hal-hal yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya kesalahan. Berbedan dengan pemimpin transformasional yang efektif, ia akan berusaha menaikkan kebutuhan bawahan. Motivasi yang meningkat dapat dicapai dengan menaikkan harapan akan kebutuhan dan kinerjanya. Misalnya, bawahan di dorong mengambil tanggungjawab lebih besar dan memiliki otonomi dalam bekerja. Kedua, pemimpin transformasional berusaha mengembangkan bawahan agar mereka juga menjadi pemimpin.
Meskipun demikian, kepemimpinan transformasional juga memiliki beberapa keterbatasan. De Vries (1994) mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional mungkin sekali mengalami kegagalan. Pertama ketika seorang pemimpin sudah mendapatkan segala yang diinginkan sehingga merasa tidak ada lagi yang perlu dicapai, yang dinamakan “the faust syndrome”. Yang kedua adalah “the false connection” yaitu anggota tidak lagi menyadari keadaan yang terjadi di lingkungannya karena mereka hanya menjadi “yes man” yang hanya melakukan apa saja yang diperintahkan oleh atasannya. Yang ketiga adalah “the leadership fear”yaitu ketika pemimpin takut anggotanya akan berkhianat. Nadler and Tushman (1990) menambahkan beberapa kelemahan dari kepemimpinan transformasional. Diantaranya adalah harapan yang tidak realistis tentang visi yang ingin dicapai, ketergantungan yang berlebihan terhadap pimpinan, keterbatasan hak untuk memberikan suara karena pengaruh yang kuat dari pimpinan.
Kesimpulan
Setiap pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar untuk dapat mengarahkan bawahan menuju arah dan cita-cita yang diharapkan. Ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Diantaranya adalah dengan mengaplikasikan teori kepemimpinan transformasional. Teori ini sangat efektif untuk dipraktikkan oleh para pemimpin organisasi ataupun perusahan. Selain meningkatkan kinerja bawahan, kepemimpinan model ini juga akan menghasilkan extra effort oleh para bawahan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan demikian, apabila bawahan sudah mau bekerja lebih untuk menjalankan tugasnya, tentu pada akhirnya akan lebih memudahkan dalam mencapai kesuksesan dan keberhasilan bersama.
Wallahu a’lam bisshawab..
13. THURSTONE (1887)Thurstone melihat kecerdasan sebagai suatu rangkaian kemampuan yang terpisah. Kemampuan-kemampuan seperti kemampuan numerik, ingatan, dan kefasihan berbicara secara bersama-sama membentuk perilaku pandai. Menurutnya, intelegensi merupakan sejumlah kemampuan mental primer. Kemampuan mental dapat dikelompoklkna kedalam enam faktor, dan bahwa intelegensi dapat diukur denan melihat sampel perilaku seseoang dalam keenam bidang tersebut. Suatu perilaku inteligen menurut mereka adalah gasil dari bekerjanya kemampouan mental tetentu yang menjadi dasar performansi dalam tugas tertentu pula. Keenam faktor tersebut yaitu :
a. Verbal, yaitu pemahaman akan hubungan kata, kosakta, dan pengguasaan komunikasi lisan
b. Number, yaitu kcermatan dan kecepatan dalam menggunakan fungsi-fungsi hitung dasar
c. Spatial yaitu kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk visual
d. Word fluency yaitu kemampuan untuk mencerna dengna cepat kata tertentu.
e. Memory. Yaitu kemmpuan mengingat gambar, pesan, angka, kata dan betuk pola
f. Reasoning. Yaitu kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari beberapa contoh, aturan, atau perinsip. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan pemecagan masalah.
Dalam buku lain primary abilities (kemampuan dasar) tu terdiri dari 7 faktor, satu lagi adalah faktor Space, yaitu kecakapan tilikan ruang, sesuai denga bentuk hubungan formal seperti menggambar design from memory (sobur : 2003)
14. VERNON (1905)Vernon mengemukakan model hierarki dalam menjelaskan teori intelegensinya. Vernon menempatkan satu faktor umum dipuncak hierarkinya. Dibawahnya kemudian terdapat faktor intelegensi yang utama (mayor), yaitu Verbal educational (v: ed) dan practical mechanical (k:m). Masing-masing kelompok mayor itu terbagi dalam beberapa faktor kelompok minor yang terpecah lagi menjadi bermacam-macam faktor spesifik pada tingkat hierarki yang paling rendah.
Mengenai faktor sfesifik sendiri, Vernon sendiri berpendapat bahwa sebenarnya faktor-faktor spesifik itu tidak banyak memiliki nilai praktis, dikarenakan kurang jelasnya relevasinya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu menuriut Vernon, lebih baik membicarakan faktor-faktor umum dikarenakan faktor itulah yang berkorelasi lebih konsisten dan substansial dengan maslah kehidupan sehari-hari.
15. CATTELL (1905)Raymon Cattel dkk., mengklasifikasikan inteligensi ke dalam dua kategori, yaitu:
a. Fluid intelligence (kecerdasan cair)
b. Crystallized intelligence (kecerdasan Kristal)
Kecerdasan cair dan kecerdasan kristal dicetuskan sekitar tahun 1960an. Teori ini merupakan perkembangan dari teori ini merupakan perkembangan dari teori General Intellegence. Dalam hal ini kecerdasan cair dan Kristal dinyatakan sebagai kecerdasan umum. Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada sifat bologis. Kecerdasan cair meningkat sesuai bertambahnya usia mencapai puncak pada saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh. Sedangkan kecerdasan Kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Jenis kecerdasan ini dapat terus meningkat, tidak ada batasan maksimal, selama manusia masih bisa dan mau belajar. Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 tahun atau 15 tahun, sedangkan Inteligensi Crystallized masih terus berkembang sampai usia 30-40 tahun bahkan lebih.
16. JEAN PIAGET (1950)Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Akibat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,yaitu :
a. Isi ; disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah
b. Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas
c. Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektul.
Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi.
1) Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren.
2) Adaptasi ; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.
17. AMTHAUER Amthauer (Polhaupessy, 1993 ; 3 - 4) berpendapat bahwa inteligensi merupakan suatu kesatuan dari seluruh kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Inteligensi ditanggapi sebagai sesuatu struktur tersendiri, di dalam keseluruhan struktur kepribadian seorang manusia. Amthauer menjelaskan bahwa inteligensi seseorang dapat dilihat melalui prestasi yang dicapainya.
8. HOWARD GARDNER (1983)Profesor dalam bidang pendidikan di Harvard Universiti ini mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah.Teorinya disebut dengan teory multiple Inteligence. Menurut Gardner, kaedah lama untuk mengukur tahap kecerdasan manusia, berdasarkan ujian IQ sangatlah tidak adil. Gardner mengemukakan ada 8 jenis kecerdasan yang berbeda sebagai satu cara untuk mengukur potensi kecerdasan manusia, Kecerdasan-kecerdasan tersebut adalah seperti berikut:
1. Linguistic intelligence (kecerdasan bahasa)
2. Logical-mathematical intelligence (kecerdasan berhitung)
3. Spatial intelligence (kecerdasan ruang)
4. Bodily-Kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik- jasmani)
5. Musical intelligence (kecerdasan musik)
6. Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal)
7. Intrapersonal intelligence (kecerdasan interpersonal)
8. Naturalist intelligence (kecerdasan alam)
Menurut Gardner, teori yang ia kemukakan sangat mungkin untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Adapun cara penerapannya adalah sebagai berikut:
1. pelajaran bahasa (linguistic intelligence)
2. pelajaran matematika (logical-mathematical intelligence)
3. menggambar (spatial intelligence)
4. musik (musical intelligence)
5. refleksi diri (intrapersonal intelligence)
6. pelajaran fisika (bodily-kinesthetic intelligence)
7. pelajaran sosial (interpersonal intelligence)
8. pelajaran alam (naturalist intelligence)
9. GEORGE D. STODDARD (1941)Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan manusia untuk menyelesaikan masalah yang bercirikan :
a. mengandung kesukaran
b. kompleks, yaitu mampu menyerap kemampuan baru yang sudah dimiliki untuk menghadapi masalah
c. abstrak, yakni mengandung simbol – simbol yang memerlukan analisis dan interpretasi
d. ekonomis, yaitu proses mental yang efisien dari penggunaan waktu
e. diarahkan pada suatu tujuan
f. memilik nilai-nilai sosial dan
g. berasal dari sumbernya, yaitu pola fikir yang membangkitkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain.
10. CHARLES SPEARMAN (1863)Menurut Spearman, kecerdasan ialah kemampuan umum untuk berpikir dan menimbang. Intelegensi dikenalkan melalui kemampuan mental yang popular dengan nama teori dua faktor (Two Factor Theory). Awal penjelasannya mengenai teori ini berangkat dari analisis korelasional yang dilakukan terhadap skor seperangkat tes yang mempunyai tujuan dan fungsi ukur yang berlainan. Hasil analisisnya memperlihatkan adanya interkorelasi positif diantara berbagai tes tersebut. Menurutnya, interkorelasi positif itu terjadi dikarenakan masing-masing tes tersebut memang mengukur suatu faktor umum yang sama, yaitu faktor-g. Namun demikian korelasi itu tidaklah sempurna, disebabkan setiap tes, disamping mengukur faktor umum yang sama, mengukur pola komponen tertentu yang spesifik bagi tes masing-masing. Faktor yang spesifik dan hanya diungkap oleh tes tertentu saja ini disebut faktor-s.
Definisi intelegensi Spearman mengandung dua makna kualitatif yang penting, yaitu edukasi relasi (Education of Relation) dan edukasi korelasi (Education of Correlates).
a. Education of relation (edukasi relasi), yaitu kemampuan untuk menemukan suatu hubungan dasar yang berlaku diantara dua hal. Misal menghubungkan hubungan yang terdapat dalam dua kata “panjang-pendek”
b. Education of correlates (edukasi korelasi) yaitu kemampuan untuk menerapkan gubungan dasar yangtelah ditemukan dalam proses edukasi relasi sebelumnya kedaan situasi baru. Misalnya, bila telah diketahui bahwa hubungan “panjang” dan “pendek” dalam situasi pertanyaan seperti “baik-….. ” tentu dapat dilakukan.
Dalam istilah modern apa ya dikonsepkan oleh Spearmen itu dapat disebut sebagai proses encoding , prosespenyimpulan (inference) dan aplikasi. Inilah proses penalaran yang dengan mengunakan analogi yang menurut Spearmen merupakan salah satu indikator faktor g yang terbaik.
Disamping itu, Spearman mengemukakan lima prinsip kuantitatif dalam kognisi yaitu:
a. Energi mental. Setiap fikiran cenderung untuk menjaga total output kognitif stimultannya dalam kuantitas yang tetap walau bagaimanapun kualitatifnya.
b. Retentivity (kekuatan menyimpan). Terjadninya peristiwa kognitif menimbulkan kecenderungan untuk terulang kembali.
c. Kelelahan. Terjadinya peristiwa kognitif menimbulkan kecenderungan untuk melawan terulangnya peristiwa tersebut.
d. Kontrol konatif. Intensotas kognisi dapat dikendalikan oleh konasi (motivasi)
e. Potensi Primordial. Setiap manifestasi dari keempat prinsif kuantitatif terdahulu akan ditimbun diatas potensi awal indiviu yang bervariasi.
11. EDWARD LEE THORNDIKE (1913) Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Pada dasarnya, teori ini menyatakan bahwa intelegensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku intelegen. Oleh karena ituu, teorinya dikategorikan dalam teori intelegensi faktor ganda. Menurutnya, intelegensi dibedakan ke dalam tiga bentuk kemampuan yaitu,
a. Kemampuan abstrak. Yaitu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol.
b. Kemampuan mekanik, yaitu kemampua untuk bekerja dengna menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan aktivitas indera gerak (sensory motor)
c. Kemampuan sosial yaitu kemampuan untuk menghadapi orang disekitar diri sendiri dengan cara-cara yang efektif.
Thorndike percaya bahwa tingkat intelegensi tergantung pada banyaknya neural connection atau ikatan syaraf antara rangkain stimuluis dan respon dikarenakan adanya penguatan (reinforcement) yang dialami seseorang (Wilson et al.,1974).
12. J.P. GUILFORD (1897)Guilford mengembangkan teori yang mengatakan bahwa tiap tiap kemampuan memiliki jenis keunikan tersendiri dalam aktifitas mental atau pikiran (operation), isi informasi (content), dan hasil informasi (product).penjelasannya adalah sbb :
1.Operation (aktivitas pikiran atau mental)
Cognition yaitu aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan memahami informasi. Misalnya mengetahui makna kata “adil” atau “krisis”
2.Content (isi informasi)
Visual yaitu informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterina oleh mata
Auditory yakni informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterina oleh system pendengaran (telinga)
Simbolic yaitu item – item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan iem – iet yang lain. Misalnya sederet angka, huruf abjad dan kombinasinya
Semantic biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak melekat pada simbol – simbol kata
Behavioral yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku individuuang dipindahkan melaluyi tindakan dan bahasa tubuh.
3.Product (bentuk informasi yang dihasilkan)
Unit yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu keunuikan didalam kombinasi sifat dan atributnya, contoh bunyi musik,cetakan kata. Class yakni sebuah konsep dibalik sekumpulan obyek yang serupa. Misalkan bilangan genap dan ganjil. Relation yakni hubungan antara dua item. Contoh dua orang yang memiliki huruf depan berurutan, Abi kawin dengan Ani. Sistem yakni tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas. Transformation yaitu setiap perubahan atau pergantian item informasi. Implication yakni item informasi diusulkan oleh item informasi yang sudah ada. Misalkan melihat 4X5 dan berpikir 20.
1. FRANK S FREEMAN (1976) Mendefinisikan bahwa inteligensi adalah kemampuan adaptasi atau penyesuaian, yakni kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dengan alam sekitar. Kemampuan belajar, the ability to learn "Intelligence is the learning ability". Kemampuan berpikir abstrak.
2. FLYNN (1987)Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Menurut Flynn, untuk memahami mengapa IQ bisa meningkat antar generasi, adalah dengan melihat salah satu alat uji IQ yang paling sering digunakan, yaitu WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children). Pengukuran ini berdasarkan fenomena flynn effect bahwa berdasarkan data yang terkumpul, Flynn melihat dan menyimpulkan bahwa terdapat kecenderungan hasil tes IQ di seluruh dunia meningkat sebesar 0,3 poin setiap tahun, atau 3 poin setiap dekade. kesimpulan ini kemudian dikenal sebagai Flynn-effect.
3. BALDWIN (1922)Intelegensi adalah daya atau kemampuan untuk memahami (Azwar: 2008). Menurut fenomena yang dikenal sebagai efek Baldwin, karakteristik yang dipelajari atau berkembang pada masa hidup menjadi tersandi secara bertahap dalam genome dalam banyak generasi, karena organisme dengan predisposisi lebih kuat untuk mendapatkan sifat memiliki keuntungan selektif. Sepanjang generasi, jumlah paparan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan sifat menurun, dan akhirnya tidak ada paparan lingkungan yang diperlukan – sifat ini tersandi secara genetis.
4. V. A. C. HENMON (1974)Teori : inteligensi terdiri dari dua macam factor, yaitu
a) kemampuan untuk memperoleh pengetahuan, dan
b) pengetahuan yang telah diperoleh.
5. DAVID WECHSLER (1958)Inteligensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif. Menurutnya, kecerdasan juga merupakan kapasitas global untuk bertindak dengan sengaja, untuk berpikir rasional, dan untuk menangani lingkungannya secara efektif. Ia juga berpendapat bahwa kecerdasan bukanlah kemampuan tunggal tapi banyak segi.
6. ALFRED BINET & THEODORE SIMON (1857)Menurut Binet, Intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang, bersifat monogetik, yaiutu berkembang dari satu faktor satuan atau umum. (Azwar :2008)
Inteligensi mempunyai 3 aspek kemampuan (dalam Sobur: 2003), yaitu:
a. Direction, yaitu kemampuan untuk memusatkan pada suatu msalsah yang harus dip[ecahkan.
b. Adagtation, yaitu kemapuan untuk menhdagakan adaptasi trgadapa masalah yang dihadapinya atau fleskdibel dalam menghadapi masalah.
c. Criticism. Yaitu kemampuan untuk mengkritik baik terhdapa malah yang dihadpi maupun tergadap dirinya sendiri.
Alfred Binet dikenal sebagai seorang psikolog dan juga pengacara (ahli hukum). Hasil karya terbesar dari Alfred Binet di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Sebagai anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di Perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental (the mental age atau MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda. Dengan kata lain, jika seorang anak dapat menyelesaikan suatu test atau memberikan respons secara tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukan bagi anak berusia 8 (delapan) maka ia dikatakan telah memiliki usia mental 8 (delapan) tahun.
Test yang dikembangkan oleh Binet merupakan test intelegensi yang pertama, meskipun kemudian konsep usia mental mengalami revisi sebanyak dua kali sebelum dijadikan dasar dalam test IQ. Pada tahun 1914, tiga tahun setelah Binet wafat, seorang psikolog Jerman, William Stern, mengusulkan bahwa dengan membagi usia mental anak dengan usia kronological (Chronological Age atau CA), maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang dimaksud “Intelligence Quotient”. Rumus ini kemudian direvisi oleh Lewis Terman, dari Stanford University, yang mengembangkan test untuk orang-orang Amerika. Lewis mengalikan formula yang dikembangkan Stern dengan angka 100. Perhitungan statistik inilah yang kemudian menjadi definisi atau rumus untuk menentukan Intelligensi seseorang: IQ=MA/CA*100. Test IQ inilah yang dikemudian hari dinamai Stanford-Binet Intelligence Test yang masih sangat populer sampai dengan hari ini.
7. H.H. GODDARD (1946)Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah – masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah – masalah yang akan datang (Azwar : 2008).
Menurut H H Goddard, ahli psikologi yang pertama kali membawa tes IQ ke Amerika Serikat, keunggulan ini bersifat turun menurun. Namun permasalahan sebenarnya ada pada saat perancangan tes, di mana item-item yang dipilih dalam tes kecerdasan tersebut yang merupakan hal-hal yang sangat familiar dalam konteks kebudayaan para pembuat tes, namun belum tentu untuk kebudayaan lainnya. Logika sederhananya adalah mereka yang lebih familiar dengan item-item tes tentunya akan dapat menjawab dengan lebih mudah dan akurat.
Tes-tes kecerdasan ini membawa pengaruh besar terhadap berbagai cara perancangan standardized testing yang kita kenal sekarang. Formatnya tes-tes ini sangat menguntungkan bentuk kecerdasan linguistik, kecerdasan logika, dan kecerdasan visual, dan tidak menguntungkan bentuk-bentuk kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan intrapersonal, intrapersonal, kinestetik, naturalist, dan musik-ritmik. Tes IQ dan tes-tes keturunannya ternyata bias dan diskriminatif. Namun ironisnya, justru tes-tes seperti inilah yang sering digunakan sebagai penentu nasib siswa. Misalnya dalam fenomena sekolah unggulan dan non unggulan, tes-tes (biasanya matematika dan bahasa) seperti ini sering dijadikan sebagai alat penentu dalam pengelompokan para siswa ke dalam kategori unggulan dan non unggulan.