04.24 | Author: alinaksi ahmad

this is my ma'had..
Selengkapnya...



Dewasa ini, media komunikasi menjadi satu hal yang tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan manusia, baik itu anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa. Media komunikasi itu bisa berupa Koran, televise, handphone , dan juga jejaring sosial di internet. Di satu sisi, media komunikasi sangat membantu dalam penyebaran informasi terkini, akan tetapi di sisi lain, media komunikasi saat ini justru menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas bahasa Indonesia.
Kabar jelek untuk bangsa Indonesia di tahun ini adalah nilai Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat untuk materi Bahasa Indonesia anjlok luar biasa, yakni 73 persen siswa tidak lulus materi tersebut. (www.suarapembaruan.com). Begitu juga di tingkat SMP mengalami hal yang sama, khususnya SMP di Jakarta sebanyak 4.198 siswa dari 13.326 peserta UN atau 31,5 persen tidak lulus UN karena gagal dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. (www.beritajakarta.com). Tidak akan ada kebakaran tanpa adanya api, begitu pula dengan fenomena ini. tentu ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya.
Sebuah stasiun televisi swasta memberitakan bahwa ditengarai penggunaan bahasa gaul, khususnya dalam berkomunikasi sehari-hari di antara para remaja menjadi sebab menurunnya kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia. Hal ini berpengaruh langsung terhadap kemampuan siswa memahami materi pelajaran Bahasa Indonesia, dan akhirnya penalaran dalam menjawab soal UN juga terhambat.
Bahasa remaja atau ABG yang sedang populer sekarang ini adalah bahasa Alay yang biasanya digunakan secara tertulis berupa SMS (Short Message Service) atau status di Facebook (FB). Bahasa anak remaja yang merupakan bahasa gaul paling mutakhir ini memang bahasa paling kacau sepanjang sejarah bahasa gaul di Indonesia. Bahasa ini sangatlah jauh dari ketentuan penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi tidak berlebihan kiranya kalau banyak pakar bahasa yang menyebut bahasa alay sebagai bahasa perusak bahasa ibu, bahasa Indonesia.


BAHASA ALAY
Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat. Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar ( kuncorodiningrat ) Bahasa alay itu adalah variasi bahasa yang muncul karena adanya komunitas anak-anak remaja/muda, ia logikanya karena orang tua jarang memakai bahasa alay tersebut. Dulu pernah kita tahu adanya bahasa gaul yang digunakan dalam film lupus itu. Kalau definisi alay yang aku temukan dipelabagai media, ada yang menyebutkan bahwa alay itu adalah anak layangan, anak layu dan sebagainya, akan tetapi dalam makalah ini hanya membatasi pada bahasa alay yang sering digunakan oleh anak muda.
Kalau dulu bahasa gaul mempunyai aturan-aturan baku tertentu yang mesti dipatuhi, seperti bahasa prokem misalnya dengan menyisipkan kata “ok” untuk setiap perubahan kata, atau bahasa dibolak-balik yang mempunyai aturan sendiri, maka bahasa alay tidak mempunyai aturan sama sekali. Semakin sulit dipahami, maka bahasa alay dinilai semakin canggih.
Dengan meletakkan huruf kapital (huruf besar) dan kecil di mana saja suka-suka, menggantikan huruf tertentu dengan angka, simbol-simbol, atau huruf lain yang sebunyi, dan kemudian menyingkatnya sesuka hati, maka lengkaplah sudah kekacauan bahasa Alay.
Sebagai contoh penggunaan bahasa Alay dalam ber-SMS:
Qu mO d474ng k humz Qmu lEh g? Nx Qu tilp. Ppi Low @D
Bos d Humz qu g jd. Or qT MamZ d lwar za, gmn? Ntr Qu pckup d /4an Iank byza, oce. Saiang qmu.
- tulisan gede-kecil. “aLoW kLiAnZ hArUz ADd GwE YaH!!” atau dengan a ngggka “K4Ng3nZ dWEcChh” NNNNNZZZZZ
- iya : ia
- kamu: kamuh,kammo,kamoh,kamuwh,kamyu,qamu,etc
- aku : akyu,aq,akko,akkoh,aquwh,etc
- maaf: mu’uph,muphs,maav,etc
- sorry: cowyie,cory,tory(?),etc
- add : ett,etths,aad,edd,etc
- for : vo,fur(zz),pols,etc
- lagi : agi,agy
- makan: mums,mu’umhs,etc
- lucu : lutchuw,uchul,luthu,etc
- siapa: cppa,cp,ciuppu,siappva,etc
- apa : uppu,apva,aps,etc
- narsis: narciezt,narciest,etc
Dari susunan katanya sudah terlihat jelas sekali perbedaan, ada yang menambahkan huruf dari perubahannya seperti lucu menjadi lutchuw ataupun yang dikurangi hurupnya seperti makan menjadi mums. Sekilas memang masih bisa dipahami kalau kita mengamati bahasa tersebut, akan tetapi bahasa ini sudah sangat menyimpang jauh dari kaidah penulisan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.

ANTARA BAHASA ALAY, KREATIFITAS, DAN KEMEROSOTAN KUALITAS BAHASA INDONESIA
Sebenarnya, tujuan dari penggunaan bahasa Alay oleh para remaja ABG sangat beragam, ada yang beralasan untuk kreatifitas, ada juga yang bertujuan untuk menyingkat karakter agar efisien atau agar ortu (orang tua) yang kebetulan memergoki mereka ketika ber-SMS atau mencuri-curi membuka hape anaknya menjadi puyeng sendiri karena tidak mengerti. Alasan-alasan itu sah-sah saja dan bisa diterima, asalkan masih dalam tahap yang “wajar”. Akan tetapi, pada perkembangannya, saat ini bahasa alay justru menjadi salah satu trend yang menyumbang besar pada kemerosotan kualitas bahasa Indonesia.
Bisa dibayangkan apabila setiap hari para remaja sudah biasa ber-SMS sampai ratusan kali dengan menggunakan bahasa alay terus-menerus, tidak mustahil mereka menjadi bingung ketika harus menjawab soal bahasa Indonesia yang mempunyai aturan baku tentang penggunaan huruf besar dan kecil, tanda-tanda baca, dan lain-lain.
Tidak berbeda dengan jejaring sosial. Jejaring sosial yang ada seperti facebook ataupun twitter juga menjadi wadah yang sangat nyaman bagi berkembangnya bahasa alay di kalangan remaja. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh pakar linguistik dari Universitas Kristen Petra Surabaya Prof. Dr. Esther Kuntjara yang menilai sejumlah situs jejaring sosial di dunia maya seperti facebook, twitter, dan sejenisnya telah merusak bahasa (www.wikimu.com).
Dalam seminar “Language in The Online and Offline World (LOOW)" yang digagas Jurusan Sastra Inggris UK Petra Surabaya, dosen UK Petra Surabaya itu mengungkapkan tentang kemerosotan kualitas bahasa.
Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya jejaring sosial yang sangat digandrungi oleh banyak kalangan, terutama remaja. Di dunia maya, bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan yang ditulis, bukan bahasa tulis atau bahasa lisan, sehingga bahasa lisan yang ditulis dapat mengacaukan bahasa baku (Kompas - Rabu, 2 Juni).

Kreatifitas
Ekspresi kreatifitas, mungkin kata itu juga yang menjadi senjata utama para anak muda menyukai dan tetap melestarikan bahasa alay dalam kesehariannya. Bahasa alay menjadi salah satu cara mengekspresikan kreatifitas mereka karena di dalam bahasa alay terdapat banyak kombinasi huruf dan symbol-simbol. Bahasa yang seharusnya bisa ditulis dengan beberapa huruf saja, di tangan anak-anak muda bisa menjadi sangat panjang. Sebagai contoh adalah seperti yang telah diutarakan di bagian awal makalah ini. misal kata lucu, bisa menjadi : lutchuw,uchul,luthu, lutcyuuw dan lain sebagainya.
Apabila ditelaah lebih mendalam, ternyata kreatifitas itu justru menimbulkan kekacauan dalam berbahasa. Kekacauan bahasa itu terlihat karena peletakan gambar yang seenaknya dan kadang emosi juga diungkapkan secara tidak tepat. Hal ini karena kemunculan bahasa alay itu ternyata juga disebabkan adanya gambar-gambar dan simbol emosi yang tidak tepat penggunaannya.
sebagai contoh, kalau menyatakan tertawa keras ditulis dengan LOL, padahal mungkin saja penulis itu justru sedang marah, bukan tertawa, sehingga semuanya menjadi kacau atau rumit. Dengan semua kondisi yang telah dijelaskan, maka masih pantaskah bahasa alay tersebut disebut sebagai bahasa kreatif?

Penurunan Kualitas Bahasa
Seiring perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, ternyata, Indonesia justru sangat tertinggal dalam kosakata baru dalam istilah teknologi informasi. Hal ini berdampak pada pengambilan bahasa asli seperti komputer, online, download, upload, website, dan sebagainya. Memang sudah diupayakan download diterjemahkan dengan unduh atau website dengan laman, tapi hal itu kalah cepat, sehingga hal itu tidak laku. Dr. Sudjoko (dalam Mulyana, 2006) pernah berujar, bangsa kita menderita krocojiwa yang rendah diri di hadapan Barat yang mereka kagumi sehingga membuat kita terlalu senang meniru dan membanggakan apapun yang berasal dari mereka.
Penyerapan bahasa asing dalam bahasa Indonesia saja sudah cukup menurunkan kualitas bahasa Indonesia, sekarang justru dipeparah oleh adanya bahasa baru, bahasa alay. Bahasa alay muncul dengan desain yang begitu beragam dan tanpa ada aturan. Semau penulis ingin berkata apa, ingin menyampaikan apa, tinggal mereka tulis dengan bahasa dan huruf sekenanya. Bukan menjadi hal yang aneh apabila saat ini bahasa Indonesia juga menjadi mata pelajaran yang sulit bagi anak-anak SMA, meskipun mereka adalah orang Indonesia yang juga berbahasa Indonesia setiap harinya.
Sebenarnya, hal demikian bukan hanya terjadi di Indonesia, di Inggris sejumlah media sempat mengangkat hal serupa dan mengemukakan bahwa komunikasi melalui media elektronik mulai memberi dampak negatif pada bahasa tulis. The Sun (24 April 2001) memandang fenomena bahasa yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi ini merupakan awal dari kematian bahasa Inggris yang baik. Ulasan padaThe Sun itu seolah dipertegas lagi dalam The Scotsman (4 Maret 2003), yang mengungkapkan betapa para guru saat itu mulai diperhadapkan pada esai yang tidak ditulis dalam bahasa Inggris standar, tetapi justru dalam bahasa pesan teks telepon selular yang minimalis dan ringkas. Demikian begitu dahsyatnya dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi apabila tidak bisa disikapi dengan baik.

EPILOG
Perkembangan media dan teknologi komunikasi saat ini sudah sangat luar biasa. Tanpa adanya perhatian khusus, maka kita semua justru akan terjajah oleh teknologi itu. Dalam kata-kata Williams (1987:7), “Apakah kita tuan atau korban teknologi komunikasi bergantung pada kemampuan kita sebagai kelompok untuk menggunakannya secara bijaksana agar bermanfaat bagi manusia.” Apabila kita hanya bisa menjadi korban, maka penyakit-penyakit yangs edang menggejala seperti “alay” akan terus tumbuh dan mengganas menjadi penyakit besar dan melumpuhkan bangsa kita.
Perlu tindakan nyata untuk bisa mengurangi atau bahkan kalau memungkinkan harus dihilangkan “penyakit” yang tengah menggejala ini. apabila dibiarkan terus menerus maka bangsa Indonesia hanya tinggal menghitung waktu menunggu punahnya bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Bagaimana tidak, bahasa Indonesia akan tergantikan oleh bahasa-bahasa serapan dari bahasa asing dan juga bahasa-bahasa baru termasuk bahasa alay yang tidak jelas kaidahnya.
Tidak salah memang apabila kita menyingkat kata-kata dalam penulisan di SMS ataupun di jejaring sosial untuk tujuan efisiensi, yang salah adalah apabila kita merubah kata-kata sehingga kita lupa bagaimana bentuk aslinya. Tindakan seperti inilah yang seringkali membuat pelajar kesulitan mengenal bahasa mereka, bahasa Indonesia. Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya apabila kita mencintai bahasa Indonesia dan melestarikannya, bukan malah ikut-ikutan merusak.
Mari kita cintai bahasa Indonesia.


sumber:
Ahmad, Abdullah Ibnu. 2010. Bahasa Alay Bisa, Nilai UN Bahasa Indonesia Anjlok, Sih Biasa. http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=17013. Diakses pada tanggal 4 Juni 2010.
Internet dan Dampaknya bagi Komunikasi Berbahasa Indonesia. 2009. http://indonesiasaram.wordpress.com/2009/10/28/internet-dan-dampaknya-bagi-komunikasi-berbahasa-indonesia/ . Diakses pada tanggal 4 Juni 2010.
Kompas: Facebook dan Twitter Rusak Bahasa. Rabu, 2 Juni 2010. http://www.kompas.com. Diakses pada tanggal 5 Juni 2010.
Mulyana, Deddy. 2006. Peran komunikasi dalam pengembangan dan Penerapan iptek di Indonesia. Bandung: Widya Padjadjaran.
Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa: Kontroversi, Teori, dan Aplikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.
Williams, Frederick. 1987. Technology and Communication Behavior. Belmont, California: Wadsworth.
Selengkapnya...