Kedudukan Wanita dalam Islam
00.46 | Author: alinaksi ahmad




Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun (QS, Al-Ahqaf 15)

Sebagai agama yang sempurna, Islam memberikan perhatian khusus terkait masalah orangtua. Orangtua memiliki kedudukan yang sangat penting, sehingga Allah SWT menyebutkan begitu banyak ayat dalam al Quran yang membahas tentang orangtua. Salah satu ayat adalah tentang perintah untuk selalu berbakti kepada orangtua, yaitu dalam Q.S. 17:23-24, yang artinya,
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah!" - Jangan pula engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku! Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku semenjak kecil."

Dalam membahas tentang peran orangtua, Islam memberikan “tempat khusus” bagi sosok wanita. Wanita dalam Islam memiliki keistimewaan tersendiri yang membuat dirinya begitu mulia. Apabila kita perhatikan, maka setidaknya akan ada 3 peran yang penting wanita dalam keluarga. Peran yang pertama adalah untuk suami, yang kedua untuk anak, dan yang ketiga adalah untuk lingkungan.

Peran wanita sebagai istri

Sosok ayah sebagai kepala rumah tangga dalam keluarga memiliki begitu banyak nilai strategis yang mampu menghantarkan keluarga menjadi sebuah keluarga yang luar biasa. Akan tetapi, kita tidak boleh lupa begitu saja bahwa dari “kehebatan” seorang ayah ternyata ada satu sosok bernama istri. Istri memberikan suatu dorongan tersendiri agar suaminya mampu menjalani hidup dengan lebih tenang dan nyaman. Dalam al Quran surat Ar-Rum: 21, Allah menjelaskan peran istri bagi suaminya, yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian.”

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan pengertian firman Allah:“mawaddah wa rahmah” bahwa mawaddah adalah rasa cinta, dan rahmah adalah rasa kasih sayang. Cinta dan kasih sayang itulah yang justru mampu mendorong suami untuk bisa menjadi seorang kepala keluarga yang baik. Sungguh, kita bisa melihat teladan yang baik dalam masalah ini dari Khadijah, isteri Rasulullah, yang telah memberikan andil besar dalam menenangkan rasa takut Rasulullah ketika beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama kalinya di goa Hira’. Nabi pulang ke rumah dengan gemetar dan hampir pingsan, lalu berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku khawatir dengan diriku.” Demi melihat Nabi yang demikian itu, Khadijah berkata kepada beliau, “Tenanglah. Sungguh, demi Allah, sekali-kali Dia tidak akan menghinakan dirimu. Engkau adalah orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim, senantiasa berkata jujur, tahan dengan penderitaan, mengerjakan apa yang belum pernah dilakukan orang lain, menolong yang lemah dan membela kebenaran.” (HR. Bukhari, Kitab Bad’ al-Wahyi no. 3, dan Muslim, Kitab al-Imanno. 160)

Peran wanita sebagai ibu

Peran wanita yang tidak akan mungkin tergantikan bagi siapapun adalah ketika ia menjadi sosok ibu. Sembilan bulan ibu mengandung anaknya dalam keadaan lemah dan tersiksa, namun ia menjalaninya dengan perasaan sabar dan ikhlas. Bagi ibu kesabarannya pada saat itu merupakan kasih sayang untuk anaknya, kegelisahannya pada saat itu semata-mata hanya mengkhawatirkan bayi yang dikandungnya, dan kepenatan ibu pada saat itu adalah demi kesehatan bayinya, serta tiada yang dilakukan ibu pada saat mengandung kecuali untuk memberikan yang terbaik bagi buah hatinya.

Perjuangan ibu dilanjutkan dengan waktu dimana kita dilahirkan ke dunia. Saat itu adalah saat yang sangat mendebarkan dan menegangkan bagi semua orang yang mengharapkan kehadiran kita, terutama ibu. ibu merasakan rasa sakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya dan perasaan khawatir yang sangat besar akan keselamatan kita, hingga seolah-olah terdapat dua pilihan yang nampak di depan matanya yaitu mati ataukah hidup. Dan aku yakin, engkau pasti mengetahui apa yang dipilih oleh ibumu, dengan menahan rasa sakit saat melahirkanmu, di dalam hati, ibumu seraya berdoa, “ Yaa Allah Rabku, permudahlah kelahiran anakku, apabila saat ini adalah kematianku maka matikanlah aku, namun biarkanlah anakku hidup sehingga dia dapat merasakan dunia serta isinya yang telah engkau ciptakan untuknya.”.

Ikhtitam

Semua yang telah disampaikan merupakan sebagian kecil gambaran begitu mulianya peran wanita dalam Islam. Untuk itu, tidak ada alasan bagi kita sebagai umat nabi Muhammad SAW untuk tidak menghargai wanita, termasuk bagi para wanita sendiri. Hargailah mereka dengan menjadikan mereka ibu terbaik yang selalu kita nantikan doa dan keihklasannya, sebagai istri yang selalu sabar berjuang bersama mengarungi lautan kehidupan, dan sebagai penghias terbaik di dunia ini dengan menjadi wanita sholehah untuk diri, untuk keluarga, untuk agama, dan semua untuk mengaharap ridho Allah SWT.

Wallahu a’lam bisshawab..

This entry was posted on 00.46 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: