Faedah Akhlak
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan mahluk manusia dengan mahluk hewani. Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai mahluk Allah yang paling mulia dan meluncur turun ke martabat hewani. Manusia yang telah jauh dari martabat insaniyahnya bisa menjadi sangat berbahya dan lebih mengerikan dari bintang buas.
Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Qur’an surat At Tiin (95) ayat 4-6 yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
Dikatakan oleh Imam Ghozali dalam bukunya “Mukasyafatul Qulub”, bahwa Allah telah menciptakan mahluknya atas tiga kategori. Allah menciptakan malaikat dan diberikan kepadanya akal, tetapi tidak diberi (nafsu) syahwat. Allah menjadikan bintang yang tidak dilengkapi dengan akal, tetapi diberikan syahwat saja. Akan tetapi Allah menciptaka manusia di dunia ini dilengkapi dengan akal dan syahwat, sehingga apabila nafsu yang ada pada diri seseorang mampu mengalahkan akalnya, maka hewan melata menjadi lebih mulia dari manusia itu. Sebaliknya, apabila manusia dengan akalnya mampu mengalahkan nafsunya , maka derajat manusia tersebut menjadi lebih tinggi daripada malaikat yang selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT.Kepribadian seseorang, terutama yang terkait dengan pola pemikiran dan akalnya tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya akhlak dalam dirinya. Akhlak dalam diri manusia yang akan menggerakkan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Akhlak menjadi satu kontrol utama dalam berperilaku.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati posisi yang sangat penting, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya, apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, sedangkan apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya. Kejayaan seseorang juga terletak pada akhlaknya, yaitu pada akhlak yang baik, akhlak yang baik akan menjadikan seseorang menjadi aman, tenteram, dan tenang. Sebaliknya, seseorang yang memiliki akhlak buruk hidupnya akan kacau dan dipenuhi oleh kegelisahan karena biasanya seseorang yang berakhlak tercela akan dibenci dan dijauhi oleh masyarakat pada umumnya. Contoh nyata dari keterangan tersebut adalah Rasulullah SAW.
Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah Muhammad SAW, hingga salah seorang istri beliau, Aisyah RA pernah berkata, “Kana khuluquhul qur’an.”, yang berarti bahwa Akhlak Rasulullah ialah Al Qur’an (HR Abu Dawud dan Muslim). Tidak ada satupun perkataan Rasulullah yang merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, semua yang Rasulullah sampaikan berasal dari wahyu Ilahi. Hal ini menjadikan beliau selalu tenang dan sabar dalam menyampaikan risalah Islam, walaupun banyak yang tidak senang dengan dakwah yang dilakukannya, akan tetapi berkat kemuliaan akhlaknya maka banyak orang yang menjadi simpatik dan dengan sukarela memeluk agama Islam.
Bagi setiap muslim, berhias dengan akhlak mulia adalah merupakan sebagian pertanda kesempurnaan imannya. Hal ini sesuai dengan hadis yang menjelaskan bahwa di antara kesempurnaan iman adalah kesempurnaan akhlak, hadis itu mengatakan ,“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud). Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi semua umat Islam untuk meneladani semua akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Faedah Mempelajari Ilmu Akhlak
Dilihat dari kacamata agama Islam,maka setiap ilmu pengetahuan yang bermanfaat wajib dipelajari dan dicari di manapun ilmu itu berada, dari mulut siapapun keluarnya. Dalam hubungannya dengan topik di atas, maka timbul satu pertanyaan apakah ilmu akhlak mampu menjadikan subjeknya menjadi orang yang baik dan terhormat? Sebenarnya, apabila dikaji lebih dalam, letak faedah dari ilmu akhlak tidak secara otomatis bila sudah mempelajari ilmu akhlak lalu orang itu menjadi baik, terpuji dan dihormati orang lain. Kedudukan ilmu akhlak lebih menyerupai hubungan antara dokter dengan pasiennya. Tugas dokter bukanlah untuk menyembuhkan pasien, akan tetapi tugas dokter adalah memberi obat dan menjelaskan dengan sesempurna mungkin mengenai penyakit dan gejala-gejala penyakit yang timbul apabila si pasien tidak berhenti merokok atau minum-minuman keras misalnya. Jadi semuanya sangat tergantung kepada pasien, apakah setelah mendapat keterangan dari dokter ia mau menuruti nasihat yang diberikan atau tidak. Jika dituruti, insyaallah dia ada harapan untuk terhindar dari penyakit atau penyakit yang sedang diderita itu berangsur-angsur hilang dan menjadi pulih kembali.
Demikian pula halnya dengan orang yang mempelajari ilmu akhlak. Dengan ilmu tersebut, dia menjadi mengerti dalam batas-batas tertentu mana yang baik dan mana yang buruk. Akan tetapi, sekadar mengetahui yang baik dan yang buruk saja tanpa orang itu mau melakukan apa yang telah diketahui itu, maka tidak akan mungkin terwujud kebaikan pada diri orang yang bersangkutan.
Apabila kita aplikasikan dalam kehidupan masa sekarang ini yang dikenal sebagai zaman modern, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan demikian pesat, sangat sulit untuk dapat menerapkan akhlak dalam setiap lini kehidupan. Realita yang ada menunjukkan pelanggaran susila terjadi dimana-mana, yang menjadi ironi adalah orang yag melakukannya justru sudah mengetahui bahaya yang akan didapatkan nantinya. Sebagai contoh perzinahan, perjudian, korupsi, dan kekerasan sudah dipahami oleh masyarakat sebagai sesuatu yang tidak baik, akan tetapi dalam kenyataanya perbuatan-perbuatan yang tidak baik itu justru dilakukan oleh mereka yang ahli hukum, ahli ekonomi, ahli moral, bahkan oleh mereka yang mengerti dan memahami tentang aturan agama. Oleh karena itu sangat tepat apa yang diungkapkan oleh Al Ghozali yang maksudnya adalah sebagai berikut, “ ilmuwan itu ada tiga macam, ada kalanya ilmuwan itu membinasakan dirinya dengan orang lain, mereka adalah orang yang terang-terangan memburu dunia. Ada kalanya ilmuwan itu membahagiakan dirinya dan orang lain, itulah mereka yang selalu mengajak ke jalan Allah secara ikhlas. Ada kalanya ilmuwan itu membinasakan dirinya dan membahagiakan orang lain, itulah tipe mereka yang mengajak orang lain mementingkan urusan akhirat, tetapi dia berpura-pura menolak, padahal ia meninggalkan urusan akhirat dan lebih mementingkan urusan dunia.” Kemudian Al Ghazali berseru dengan nada sinis, “perhatikanlah diri anda termasuk ilmuwan yang mana?”
Disebutkan oleh Yusuf Al Qardhawi dalam bukunya “An Nasu Wal haq” dengan mengutip kata-kata hikmah dari orang arab pada masa silam, bahwa manusia terdiri darii 4 golongan, yaitu: pertama,orang yang mengerti dan mengerti bahwa dirinya mengerti, inilah dia ilmuwan, maka ikutilah orang itu. Kedua adalah orang yang mengerti, inilah orang yang tidur pada siang hari, maka bangunkanlah orang itu. Ketiga adalah orang yang tidak mengerti dan tahu bahwa ia tidak mengerti, inilah orang – orang yang mencari petunjuk, maka tunjukilah orang itu. Keempat adalah orang yang tidak mengerti, tetapi tidak menyadari kalau dirinya tidak mengerti, inilah kelompok orangyang sesat., maka tinggalkanlah orang itu.
Ahmad Amin dalam bukunya Al Akhlaq menyebutkan urgensi ilmu akhlak yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Ilmu akhlak dapat menyinari seseorang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan rutin yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku.
b. Dapat menjelaskan kepada seseorang tentang sebab atau illat untuk memilih perbuatan yang lebih baik ataupun lebih bermanfaat.
c. Dapat membendung dan mencegah kita secara kontinyu untuk tidak memaksakan diri pada semua keinginan-keinginan yang mengarah pada keinginan syahwat dan mengarahkannya pada hal yang lebih positif.
d. Seseorang menjadi lebih mengerti sebab-sebab ia melakukan suatu perbuatan sehingga ia akan lebih mampu memilih perbuatan yang nilai kebaikannya lebih besar.
e. Seseorang yang mempelajari ilmu akhlak akan lebih mampu memprediksi perilaku orang dan tidak akan menjadi pengekor sesuatu tanpa melalui pertimbangan yang matang terlebih dahulu.
0 comments: