Dalam suatu organisasi atau perusahaan pasti akan dijumpai beragam permasalahan. Permasalahan itu bisa jadi satu penghambat bagi kinerja organisasi atau perusahaan tersebut, tetapi bisa juga menjadi suatu stimulus yang menjadikan perusahaan atau organisasi menjadi lebih maju apabila mampu menyikapinya dengan baik. Cara menyikapinya adalah dengan menggunakan intervensi yang tepat bagi pemasalahan tersebut.
Intervensi dalam pengembangan dimaksudkan untuk menetapkan cara-cara apakah yang patut dipergunakan untuk merencanakan perbaikan berdasarkan masalah yang ditemukan dalam proses diagnosa dan pemberian umpan balik. Intervensi berarti keikutsertaan klien dan konsultan bersama-sama merencanakan proses perbaikan berdasarkan atas masalah yang di jumpai dalam proses diagnosa perusahaan. Tahap perencanaan intervensi harus diikuti dengan serangkaian konsep yang saling berhubungan satu sama lain. Yaitu antara lain terdiri dari teori, model dan kerangka konsep referensinya.
Intervensi merupakan suatu kegiatan perbaikan yang terencana dalam proses pembinaan organisasi. Intervensi juga merupakan kegiatan yang mencoba masuk kedalam suatu sistem tata hubungan yang sedang berjalan, hadir berada diantara orang-orang, kelompok ataupun suatu objek dengan tujuan untuk membantu mereka (Chris Argyris). Ada suatu pemikiran yang implisit dari pengertian itu yang harus dibuat eksplisit. Pemikiran itu ialah bahwa sistem yang akan diintervensi itu tidak tergantung sama sekali pada pengintervensi.
Kriteria Suatu Intervensi Yang Efektif
Kriteria dari suatu intervensi yang efektif antara lain adanya informasi yang benar dan bermanfaat, kebebasan memilih, dan keterikatan di dalam.
1.) Dengan informasi yang benar dan bermanfaat dimaksudkan segala bahan keterangan tentang masalah organisasi yang diperoleh ketika proses diagnosa. Bahan keterangan tersebut bukan karangan dari konsultan atau klien melainkan benar-benar terjadi dan berlaku secara nyata dalam kegiatan organisasi. Selain itu bahan keterangan tersebut berkaitan dengan persoalan yang sedang dipecahkan, sehingga bahan keterangan tersebut bermanfaat bagi perbaikan organisasi. Oleh karena itu tugas pertama bagi konsultan ialah mencari informasi yang benar dan bermanfaat tersebut. Kalau tugas ini tidak berhasil dilaksanakan, artinya konsultan tidak memperoleh data yang benar dan relevan kiranya sulit bisa dilakukan intervensi yang tepat.
2.) Dengan kebebasan memilih dimaksudkan bahwa tempat pembuatan suatu keputusan itu terletak pada posisi klien. Klien sama sekali bebas memilih alternatif dalam pembuatan keputusan. Ia tidak tergantung kepada konsultan. Tidak ada suatu tindakan atau alternatif tindakan yang datang secara otomatis, tersusun rapi tinggal dipakai, atau dipaksa untuk dipakai. Dengan demikian kebebasan memilih ini ditekankan bahwa tidak ada paksaan pada klien untuk memilih dan membuat keputusan.
3.) Dengan keterikatan kedalam dimaksudkan untuk memberikan penekanan bahwa klien mempunyai tanggung jawab untuk tetap terikat pada pelaksanaan dari rencana atau keputusan yang telah dibuat. Klien yang telah dengan bebas membuat keputusan untuk perbaikan organisasi dengan cara tertentu, maka dalam hal ini dia bertanggung jawab untuk mau melaksanakannya. Keterikatan ini sangat penting artinya, karena inti usaha pembinaan organisasi terletak pada keterikatan orang-orang yang terlibat sejak awal sampai usaha pembinaan organisasi itu selesai.
Dengan tiga kriteria diatas kita dapat menangkap bahwa proses intervensi itu memang sangat tergantung pada proses diagnosa. Dengan kata lain proses pengumpulan data akan banyak mewarnai kegiatan intervensi yang akan dijalankan. Proses intervensi bukanlah berdiri sendiri. Dengan demikian perencanaan intervensi yang tidak berdasarkan proses pengumpulan data atau diagnosa, maka intervensi seperti itu kurang logis.
Bentuk – bentuk intervensi
Ada banyak sekali model intervensi yang dikenal dalam pengembangan organisasi. Beberapa diantaranya adalah :
1. Model intervensi individu dan interpersonal
2. Model intervensi human resource management
3. Model intervensi teknostruktural
Akan tetapi, untuk memperdalam pembahasan maka model yang akan dibahas pada makalah ini adalah model intervensi teknostruktural.
Intervensi Teknostruktural
Adalah sebuah model intervensi dalam pengembangan organisasi yang menggunakan pendekatan teknologi dan struktural dalam prosesnya. Intervensi Teknostruktural menekankan pada peningkatan efektivitas organisasi dan pengembangan sumber daya manusia dengan berfokus pada teknologi dan struktur organisasi. Intervensi ini berakar dari bidang teknik, sosiologi, dan psikologi yang dikombinasikan dengan system sosio-teknis, analisis pekerjaan, dan desainnya. Jenis intervensi ini sangat bergantung pada pendekatan berbasis deficit, yaitu gagasan utamanya adalah untuk memecahkan masalah. Menurut Cummings dan Worley (2001) pendekatan teknostruktural memfokuskan pada peningkatan teknologi organisasi (misalnya metode penugasan dan desain pekerjaan) dan struktur (misalnya pembagian kerja dan hirarki) (Kormanik (2005).
Intervensi Teknostruktural bertujuan untuk:
1. Meningkatkan konten kerja, metode kerja, dan hubungan antara pekerja.
2. Mengurangi biaya produksi dengan mengganti bahan, metode, peralatan, dan desain alur kerja yang tidak efisien, serta tenaga kerja yang tidak perlu dengan teknologi yang lebih efisien.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam intervensi teknostruktural:
1. Restrukturisasi
2. Downsizing
3. Reengineering
4. Quality Circles
5. Total Quality Management
6. Work Design,
dan yang akan kita coba bahas adalah pendekatan teknostruktural dengan cara work design.
Intervensi Teknostruktural bertujuan untuk:
1. Meningkatkan konten kerja, metode kerja, dan hubungan antara pekerja.
2. Mengurangi biaya produksi dengan mengganti bahan, metode, peralatan, dan desain alur kerja yang tidak efisien, serta tenaga kerja yang tidak perlu dengan teknologi yang lebih efisien.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam intervensi teknostruktural:
1. Restrukturisasi
2. Downsizing
3. Reengineering
4. Quality Circles
5. Total Quality Management
6. Work Design,
dan yang akan kita coba bahas adalah pendekatan teknostruktural dengan cara work design.
Work Design
Dalam pendekatan work design ini ada tiga teori yang dapat digunakan yaitu,
1. The engineering approach : fokus terhadap efisiensi dan simplikasi gaya kerja lama menjadi modern dan lebih efisien. Gaya kerja yang lebih simple dan efisien akan lebih mudah dalam memaksimalkan waktu dan tenaga kerja. Sehingga perusahaan dapat memaksimalkan tenaga kerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah perusahaan tetapkan.
2. Motivational theories : melakukan pendekatan yang berguna untuk membantu dan meningkatnkan motivasi pegawai. Sehingga pegawai mampu terus menjaga motivasinya dalam bekerja untuk mencapai target yang telah di tetapkan perusahaan. Motivasi sangat penting bagi terciptanya hasil kerja dan produktivitas yang maksimal. Motivasi dipengaruhi oleh banyak hal, salah satu aspek penting motivasi adalah keadaan psikologis dari orang tersebut.
Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan kepuasan pegawai adalah dengan memperkaya pekerjaannya. Menurut model Hackman dan Oldman, ada beberapa hal yang perlu diperkaya bagi seorang pegawai yaitu,
- Skill variety (Variasi keterampilan), yaitu dengan meningkatkan jumlah keterampilan yang dimiliki terkait dengan pekerjaannya. Misalkan seorang penjaga toko, maka ia dilatih agar mampu menjadi kasir, pelayan, dan juga petugas.
- Task identity ( identitas tugas), sejauh mana individu melakukan tugasnya. Misalkan seorang pekerja yang memeriksa keseluruhan mesin pesawat, sasis, pengereman, dan juga elektrik pesawat akan lebih merasa puas dibandingkan dengan pegawai yang hanya bertugas memeriksa bagian penegereman saja.
- Task significance (signifikansi tugas), pekerjaan yang dilakukan berdampak pada pekerjaan orang lain. Misalkan pekerjaan seorang perawat akan juga berdampak pada penanganan dokter yang menjadikan pasien menjadi cepat pulih.
Dalam proses pengayaan pekerjaan tentunya juga akan menghadapi hambatan-hambatan. Beberapa hambatan yang akan dihadapi adalah,
a. Masalah teknis
Teknologi sebuah organisasi dapat menjadi suatu penghambat pengayaan sebuah organisasi.
b. Sistem personil
Sistem personil dapat membatasi pengayaan pekerjaan. Deskripsi pekerjaan formal yang didefinisikan secara kaku dan membatasi fleksibilitas dalam mengubah tugas-tugas pekerjaan pegawai. Sebagai contoh, banyak serikat perjanjian sempit seperti deskripsi pekerjaan antara manajemen dan serikat buruh.
c. Sistem kontrol
Sistem kontrol, seperti anggaran, laporan produksi, dan praktik akuntansi, dapat membatasi kompleksitas dan tantangan pekerjaan di dalam sistem. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang bekerja pada sebuah kontrak pemerintah mungkin memiliki prosedur kontrol kualitas yang terlalu ketat.
d. Sistem pengawasan
Supervisor menentukan untuk sebagian besar jumlah otonomi dan umpan balik yang bawahan dapat pengalaman. Sejauh pengawas menggunakan kontrol yang terkait dengan pekerjaan, maka pekerjaan yang dilakukan akan sulit
Ketika kendala-kendala pelaksanaan ini telah diatasi, maka efek pengayaan pekerjaan akan menjadi kuat dan tahan lama apabila didukung oleh praktek-praktek organisasi lain, seperti yang berkaitan dengan pelatihan, kompensasi, dan supervisi.
3. Sociotechnical systems methods : teknik pengembangaan kemampuan bersosial pegawai dalam bekerja sehingga dapat membentuk group kerja yang efisien. Apabila pegawai memiliki kemampuan berkerjasama yang baik, perusahaan akan mendapatkan keuntungan dalam hal efisiensi pegawai.
Pendekatan ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian social, termasuk di dalamnya adalah performa pekerja dan hubungan diantara mereka, dan bagian teknik berupa peralatan, alat, serta teknik mereka dalam melkukan performansi. Sosioteknikal system memiliki dua komponen sehingga memiliki dua hasil juga. Teknis menghasilkan barang dan jasa, sedangkan social menghasilkan kepuasan kerja dan komitmen.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pada pendekatan ini, diantaranya adalah,
- self managed work teams
Adalah aplikasi yang paling umum dari pendekatan STS. Cara yang dilakukan adalah dengan mengatur diri sendiri dalam kinerja tim kerja, desain kerja ini terdiri dari anggota pelaksana tugas-tugas yang saling terkait. Mereka mengendalikan anggota perilaku tugas dan membuat keputusan tentang tugas tugas yang dilakukan. model ini didasarkan terutama pada pengalaman dengan tim yang melakukan pekerjaan sehari-hari organisasi (tim kerja), yang juga memiliki relevansi dengan desain tim lain, seperti tim pemecahan masalah, manajemen tim, lintas fungsional mengintegrasikan tim, dan karyawan keterlibatan tim.
- Team task design
Adalah tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu, konsekuensi dari tim atas apa yang telah mereka kerjakan. Ketika satu tim berhasil mengerjakan tugasnya, maka mereka akan melihat bahwa kontribusi mereka nyata dalam mengembangkan dan memajukan organisasi.
Keberhasilan dari metode sosioteknikal ini juga dipengaruhi oleh faktor intervensi dari kelompok dan dukungan dari organisasi atau perusahaan tempat mereka berada. Tanpa adanya dorongan dari dua faktor tersebut, maka metode ini akan sulit untuk berhasil.
Wallahu a’lam…
0 comments: