Belajar kebijakan dari kebajikan
04.06 | Author: alinaksi ahmad


Judul Buku : Wisdom of Gontor
Pengarang : Tasirun Sulaiman
Penerbit : Mizania
Tahun Terbit : 2009
Tebal Buku : 230 halaman
Harga : Rp. 35.000,00


“Telah kausadari bahwa orang baik yang bertempat di pembuangan sampah sekalipun akan berjasa dan mulia karena ia telah menyingkirkan sampah yang mengganggu masyarakat. Namun sebaliknya, orang yang jahat, sekalipun bertahta di tempat mulia dan terhormat, ia adalah perusak dan pengacau masyarakat karena ia sebetulnya adalah sampah.”
-K.H. Hasan Abdullah Sahal-

Acungan dua jempol tangan tentunya tidak terlalu berlebihan untuk menggambarkan isi buku mungil karangan seorang penulis produktif jebolan master of philosophy Paramadina ini. Dengan pengalaman menulis kurang lebih 50 judul buku, Tasirun Sulaiman mampu menyajikan sebuah bacaan ringan yang sarat makna bagi masyarakat. Buku berjudul Wisdom of Gontor bukanlah buku yang ditujukan untuk para alumni ataupun para siswa yang masih nyantri di Pondok Modern Gontor, akan tetapi buku ini adalah buku inspiratif yang ditujukan untuk semua pecinta “jendela dunia.”
Gontor, sebuah lembaga pendidikan Islam yang terletak di Ponorogo Jawa Timur memang sudah tidak asing di telinga masyarakat karena keberhasilannya dalam menumbuhkan para pembesar bangsa. Dr. Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR RI, Din Syamsudin, Ketua PP Muhammadiyah, K.H. Hasyim Muzadi, Ketua PBNU, Maftuh Basyuni, Menteri Agama dan banyak lagi orang-orang sekelas doktor yang menjadi mesin penggerak dan pendorong di perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam (UIN).
Dengan pencapaian yang begitu gemilang ini, tentunya ada banyak sekali “jurus rahasia” yang dimiliki oleh Pondok Modern Gontor sehingga mampu menelorkan begitu banyak tokoh nasional. Ternyata bukanlah ilmu tinggi muluk-muluk yang diajarkan di sana, akan tetapi justru nilai kebijaksanaan dan kesederhanaanlah yang mampu menjadikan santri-santrinya menjadi pilar kebanggaan bangsa. Nilai-nilai itulah yang coba diangkat oleh penulis menjadi sebuah bacaan yang apik dan cocok untuk pemantik motivasi.
Di dalam buku ini, penulis yang juga alumni Pondok Modern Gontor mengangkat banyak sekali pelajaran hidup yang ia terima dari para pendiri Pondok Modern Gontor. Salah satunya adalah kutipan di atas yang merupakan petuah bijaksana dari K.H. Hasan Abdullah Sahal. Petuah-petuah itu disajikan di setiap halaman bab pembuka pada buku inspiratif ini. Sudah barang tentu siapapun yang membaca buku ini akan langsung tergugah dan bangkit motivasinya bahkan sebelum ia tahu apa isi dari tulisan yang akan ia baca. Setelah ia membaca secara keseluruhan dan mendapatkan ilmu baru tentang kebijaksanaan, ia juga masih akan diyakinkan agar lebih bijak lagi dengan kutipan dari para pemikir-pemikir hebat dari barat seperti Aristoteles dan Plato.
Buku ini disajikan dengan sangat menarik dan tidak membosankan pembaca karena buku ini terbagi menjadi beberapa bagian. Setiap bagian dalam buku ini berisi nasihat tentang kebijaksanaan yang bisa dibaca dalam waktu yang relatif sangat singkat, akan sangat menguntungkan bagi pembaca yang tidak terlalu memiliki banyak waktu. Walaupun demikian, tetap saja nantinya pembaca akan dibuat ketagihan untuk melanjutkan membaca buku ini.
Dalam menuturkan maksud yang ingin disampaikan, penulis merangkai jalinan cerita dengan sangat variatif. Banyak hal yang diulas dalam buku mungil ini, mulai dari cerita-cerita sejarah pondok sampai sejarah peradaban Spanyol, Amerika, bahkan Perancis. Selain itu buku ini juga memberikan ilustrasi dengan kisah-kisah pada zaman Rasulullah seperti kisah Tsa’labah, seseorang yang sangat taat dalam beragama.
Tsa’labah dikisahkan selalu sholat berjamaah dan berada di shof atau baris terdepan, tetapi anehnya selepas salam ia pasti akan langsung melesat dan tidak ikut berdzikir.
Mengapa begitu?
Katanya, Tsa’labah hanya punya satu kain, dan kain itu sudah ditunggu oleh istrinya di rumah. Kehidupan ekonomi Tsa’labah pas-pasan, tapi ia hidup dengan terus bisa menjalankan agama dengan baik. Tapi, setelah lama hidup kekurangan, ia ingin didoakan Rasulullah agar Allah SWT memberikan rezeki yang banyak. Singkat cerita akhirnya Tsa’alabah menjadi kaya raya dan ternak kambingnya meningkat dengan pesat. Tetapi dengan kekayaannya itu, ternyata Tsa’labah menjadi melalaikan kewajibannya untuk sholat, tidak hanya itu, ketika Rasulullah menyuruh Tsa’labah untuk berzakat ternyata ia juga tidak melaksanakannya.
Begitulah penulis mengilustrasikan salah satu isi buku yang menerangkan tentang kerakusan manusia terhadap dunia yang pasti juga akan menjadikan manusia lupa akan kewajiban kepada Tuhannya. Kisah itu penulis dapatkan dari K.H. Imam Zarkasyi saat ia nyantri di Pondok Modern Gontor. K.H. Imam Zarkasyi selalu mengajarkan cara hidup sederhana dan bersahaja. Ikhlas menerima apa yang diberikan Allah agar dapat selalu beribadah dengan khusyuk kepada Allah SWT, bukan seperti Tsa’labah yang kufur terhadap nikmat Allah SWT.
Walaupun terkesan terlalu sempurna dalam mengilustrasikan Pondok Modern Gontor, penulis memang mampu menghadirkan banyak sekali hal-hal positif yang bersumber dari pondok ini. Banyak ilmu dan pelajaran yang bisa diambil untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Buku terbitan Mizania ini insyaallah bisa diterima di berbagai kalangan karena dituliskan dengan bahasa yang mudah dicerna, meskipun masih ada beberapa kata asing yang terkadang agak menyulitkan bagi pembaca yang kurang memahami bahasa Arab maupun Inggris. Dalam memberikan ilustrasi, buku ini mampu menghadirkan contoh yang sangat mengena, akan tetapi ada beberapa contoh yang agak sensitif yang menyinggung tentang masalah wakil rakyat dari salah satu partai politik dan juga menteri kehutanan Indonesia. Namun semua itu tidaklah seberapa dibandingkan dengan pelajaran hidup yang bisa dipetik dari kehidupan Pondok Modern Gontor yang terangkum dalam buku mungil ini.
Buku yang banyak direkomendasikan oleh orang-orang besar hasil didikan pondok yang cabangnya tersebar di seluruh pelosok tanah air ini memang sangat dianjurkan untuk dibaca. Bukan hanya ilmu yang akan didapatkan oleh pembaca, tetapi juga wawasan-wawasan baru yang tersisip rapi dalam rangkaian cerita. Buku ini akan menjadikan anda berubah drastis, berubah menjadi sosok yang lebih baik setelah membacanya.
Selamat membaca dan bersiap-siaplah anda menjadi seseorang yang lebih arif dan bijaksana.
“Change in all things is sweet”
-Aristoteles-





This entry was posted on 04.06 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: