Teori Intelegensi (1)
03.48 | Author: alinaksi ahmad


1. FRANK S FREEMAN (1976) Mendefinisikan bahwa inteligensi adalah kemampuan adaptasi atau penyesuaian, yakni kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dengan alam sekitar. Kemampuan belajar, the ability to learn "Intelligence is the learning ability". Kemampuan berpikir abstrak.


2. FLYNN (1987)Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Menurut Flynn, untuk memahami mengapa IQ bisa meningkat antar generasi, adalah dengan melihat salah satu alat uji IQ yang paling sering digunakan, yaitu WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children). Pengukuran ini berdasarkan fenomena flynn effect bahwa berdasarkan data yang terkumpul, Flynn melihat dan menyimpulkan bahwa terdapat kecenderungan hasil tes IQ di seluruh dunia meningkat sebesar 0,3 poin setiap tahun, atau 3 poin setiap dekade. kesimpulan ini kemudian dikenal sebagai Flynn-effect.

3. BALDWIN (1922)Intelegensi adalah daya atau kemampuan untuk memahami (Azwar: 2008). Menurut fenomena yang dikenal sebagai efek Baldwin, karakteristik yang dipelajari atau berkembang pada masa hidup menjadi tersandi secara bertahap dalam genome dalam banyak generasi, karena organisme dengan predisposisi lebih kuat untuk mendapatkan sifat memiliki keuntungan selektif. Sepanjang generasi, jumlah paparan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan sifat menurun, dan akhirnya tidak ada paparan lingkungan yang diperlukan – sifat ini tersandi secara genetis.

4. V. A. C. HENMON (1974)Teori : inteligensi terdiri dari dua macam factor, yaitu
a) kemampuan untuk memperoleh pengetahuan, dan
b) pengetahuan yang telah diperoleh.

5. DAVID WECHSLER (1958)Inteligensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif. Menurutnya, kecerdasan juga merupakan kapasitas global untuk bertindak dengan sengaja, untuk berpikir rasional, dan untuk menangani lingkungannya secara efektif. Ia juga berpendapat bahwa kecerdasan bukanlah kemampuan tunggal tapi banyak segi.

6. ALFRED BINET & THEODORE SIMON (1857)Menurut Binet, Intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang, bersifat monogetik, yaiutu berkembang dari satu faktor satuan atau umum. (Azwar :2008)
Inteligensi mempunyai 3 aspek kemampuan (dalam Sobur: 2003), yaitu:
a. Direction, yaitu kemampuan untuk memusatkan pada suatu msalsah yang harus dip[ecahkan.
b. Adagtation, yaitu kemapuan untuk menhdagakan adaptasi trgadapa masalah yang dihadapinya atau fleskdibel dalam menghadapi masalah.
c. Criticism. Yaitu kemampuan untuk mengkritik baik terhdapa malah yang dihadpi maupun tergadap dirinya sendiri.
Alfred Binet dikenal sebagai seorang psikolog dan juga pengacara (ahli hukum). Hasil karya terbesar dari Alfred Binet di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Sebagai anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di Perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental (the mental age atau MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda. Dengan kata lain, jika seorang anak dapat menyelesaikan suatu test atau memberikan respons secara tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukan bagi anak berusia 8 (delapan) maka ia dikatakan telah memiliki usia mental 8 (delapan) tahun.
Test yang dikembangkan oleh Binet merupakan test intelegensi yang pertama, meskipun kemudian konsep usia mental mengalami revisi sebanyak dua kali sebelum dijadikan dasar dalam test IQ. Pada tahun 1914, tiga tahun setelah Binet wafat, seorang psikolog Jerman, William Stern, mengusulkan bahwa dengan membagi usia mental anak dengan usia kronological (Chronological Age atau CA), maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang dimaksud “Intelligence Quotient”. Rumus ini kemudian direvisi oleh Lewis Terman, dari Stanford University, yang mengembangkan test untuk orang-orang Amerika. Lewis mengalikan formula yang dikembangkan Stern dengan angka 100. Perhitungan statistik inilah yang kemudian menjadi definisi atau rumus untuk menentukan Intelligensi seseorang: IQ=MA/CA*100. Test IQ inilah yang dikemudian hari dinamai Stanford-Binet Intelligence Test yang masih sangat populer sampai dengan hari ini.

7. H.H. GODDARD (1946)Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah – masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah – masalah yang akan datang (Azwar : 2008).
Menurut H H Goddard, ahli psikologi yang pertama kali membawa tes IQ ke Amerika Serikat, keunggulan ini bersifat turun menurun. Namun permasalahan sebenarnya ada pada saat perancangan tes, di mana item-item yang dipilih dalam tes kecerdasan tersebut yang merupakan hal-hal yang sangat familiar dalam konteks kebudayaan para pembuat tes, namun belum tentu untuk kebudayaan lainnya. Logika sederhananya adalah mereka yang lebih familiar dengan item-item tes tentunya akan dapat menjawab dengan lebih mudah dan akurat.
Tes-tes kecerdasan ini membawa pengaruh besar terhadap berbagai cara perancangan standardized testing yang kita kenal sekarang. Formatnya tes-tes ini sangat menguntungkan bentuk kecerdasan linguistik, kecerdasan logika, dan kecerdasan visual, dan tidak menguntungkan bentuk-bentuk kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan intrapersonal, intrapersonal, kinestetik, naturalist, dan musik-ritmik. Tes IQ dan tes-tes keturunannya ternyata bias dan diskriminatif. Namun ironisnya, justru tes-tes seperti inilah yang sering digunakan sebagai penentu nasib siswa. Misalnya dalam fenomena sekolah unggulan dan non unggulan, tes-tes (biasanya matematika dan bahasa) seperti ini sering dijadikan sebagai alat penentu dalam pengelompokan para siswa ke dalam kategori unggulan dan non unggulan.

This entry was posted on 03.48 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: